Network
MEDIA BLITAR – Prof Nizam Dirjen Dikti Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengatakan jika saat ini kurikulum tidak lagi harus deskriptif yang mengharuskan bertatap muka atau bertemu dengan dosen secara langsung.
“Tidak hanya di Indonesisa bahwa, Kampus tidak cukup untuk menjadi tempat bagi mahasiswa untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan mengembangkan dirinya Soft skill hard skil itu tidak mungkin hanya diperoleh melalui pembelajaran di dalam kampus,” kata Nizam dalam peluncuran buku panduan penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan aplikasi progam Merdeka Belajar di Jakarta, Jumat 8 Oktober 2020.
Baca Juga: Penuhi Syarat untuk Dapat BLT Bansos Non PKH dan Ketahui Cara Cek Mendapatkannya
Mahasiswa tidak lagi membutuhkan pengalaman belajar bersama untuk saat ini, karena setiap mahasiswa mempunyai pemikiran dan nasib yang berbeda tentunya.
Dirjen Dikti Nizam mengatakan pendidikan tinggi harus dibuka sebagai transisi antara dunia pendidikan dan dunia kerja melalui pilihan yang berbeda. Baik dari segi pembelajarannya maupun hasil pembelajaran tersebut.
Baca Juga: BMKG: Awas Gelombang Tinggi, 9 Perairan Indonesia 3 Hari Kedepan
“Oleh karenanya kurikulum yang dikembangkan pendidikan tinggi harus dirubah dan dikrontuksi kurikulum, dengan filosofi kurikulum itu tidak sekedar pengalaman mahasiswa, pengalaman menemui dosennya. Tapi seluruh rangkaian kegiatan yang dialami mahasiswa baik dari dalam kampus maupun diluar kampus untuk menghasilkan ‘learning outcome’,” jelas Nizam.
Pada proses belajar mengajar, proses pendidikan, proses pengalaman fokus pada ‘learning outcome’ dan bukan pada mata kuliah. Nizam menambahkan lagi hal itu bertujuan untuk mengubah cara pandang kurikulum saat ini.
Baca Juga: 8 Dampak Buruk Mandi Malam Bagi Kesehatan
