Selain Turunkan Emisi, Luhut Pandjaitan Yakin Mobil Listrik Tingkatkan Impor Nikel: Global Supply Chain Hub

18 November 2021, 08:04 WIB
Selain Turunkan Emisi, Luhut Pandjaitan Yakin Mobil Listrik Tingkatkan Impor Nikel: Global Supply Chain Hub /Foto /Humas Kemenko Kemaritiman dan Investasi/

MEDIA BLITAR – Selain bermanfaat menekan emisi, dengan adanya kendaraan listrik peningkatan permintaan global terhadap permintaan nikel juga akan ikut meningkat.

Pada 2020, permintaan nikel primer global diperkirakan sekitar 2.250kt Ni. Sektor baterai diperkirakan akan menjadi penentu paling signifikan dari pertumbuhan permintaan nikel pada masa mendatang.

Baca Juga: Luhut Pandjaitan Buat Gebrakan Baru Mobil Listrik, Komitmen Turunkan Emisi pada 2030 Katanya

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Panjaitan kemudian menyebut Indonesia diperkirakan membutuhkan kapasitas baterai mencapai 9,8-11,9 GWh pada 2029-2030.

“Permintaan baterai meningkat seiring dengan pertumbuhan permintaan EV. Pada 2027 pasar baterai dunia akan mencapai 777 GWh. Sedangkan di Indonesia diperkirakan kebutuhan kapasitas baterai mencapai 9,8-11,9 GWh pada 2029-2030,” kata Luhut dalam webinar 'Investment Electrical Vehicles in Indonesia', Rabu, 17 November 2021, disadur dari laman maritim.go.id.

Baca Juga: Kembangkan Minyak Sawit sebagai Pengganti BBM dan Sampah untuk Pembangkit Listrik, Menristek: Kurangi Emisi

Luhut juga menyampaikan Indonesia berpotensi menjadi global supply chain hub untuk EV karena memiliki potensi mineral yang besar.

Nikel, bauksit, dan tembaga adalah mineral kunci untuk pengembangan EV di Indonesia.

 “Perlu investasi yang komprehensif untuk ekosistem EV di Indonesia. Ekosistem EV sangat kompleks dan besar, terdiri dari ekosistem-ekosistem, seperti bahan baku, manufaktur, penyediaan infrastruktur charging, dan sebagainya,” ujar dia.

Pabrik sel baterai kendaraan listrik di Indonesia berkapasitas 10 GWh dengan total nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp15,9 triliun. Pembangunan pabrik ini hanya bagian dari total proyek konsorsium senilai 9,8 miliar dolar AS.

Baca Juga: Potensi Indonesia Menjadi Produsen Baterai Mobil Listrik Terbesar di Asia Tenggara

Selain itu, Luhut juga menyampaikan bahwa, dalam beberapa waktu ke depan dia akan mengunjungi Morowali untuk melihat proses daur ulang baterai disana.

Diketahui bahwa kapasitas daur ulang di Morowali pada fase 1, yaitu 20.000 ton/tahun dan fase 2 sebesar 40.000 ton/tahun.

Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) ini memiliki luas sekitar 141.700m2 dengan total investasi sebesar 91 juta dolar AS.

Indonesia perlu investasi yang massif untuk pembangunan infrastruktur pengisian ulang baterai. Ditargetkan untuk pembangunan SPKLI pada 2030 mencapai 31.859 unit dan SPBKLU sebanyak 67.000 unit.

Baca Juga: Tesla Isyaratkan Bangun Pabrik Mobil Listrik di Indonesia

"Kekhawatiran kalian soal infrastructure charging ini sudah kami rencanakan, jadi jangan khawatir,” ujar Luhut.

Dalam komitmen terhadap perubahan iklim, Luhut menyampaikan potensi nikel yang besar dan mineral logam lainnya, serta ada ambisi serius untuk mewujudkan industri kendaraan listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir menjadikan Indonesia memiliki potensi yang kuat dalam membangun ekosistem rantai pasokan global baik untuk industri baterai maupun kendaraan listrik berbasis baterai.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: ANTARA Maritim.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler