MEDIA BLITAR – Apollo Carreon Quiboloy, seorang pria pemimpin gereja besar yang berbasis di Filipina terancam dihukum atas perbuatannya memaksa beberapa gadis untuk mau berhubungan seks, bahkan ia juga diduga melakukan perdagangan anak guna dijadikan pelacur.
Berkedok agama, ia dan para pejabat tinggi melakukan aksi keji itu, kabarnya ia juga mendapat suntikan dan sokongan dana dari pendonor AS, sebagaimana dilansir dari New York Post oleh MEDIA BLITAR.
Apollo Carreon Quiboloy ternyata menjuluki dirinya sendiri sebagai 'Anak Tuhan', ia adalah pemimpin dan pendiri Kerajaan Yesus Kristus (KOJC), gereja The Name Above Every Name yang cukup besar di Filipina.
Bersama dengan beberapa administratornya yang berbasis di Los Angeles, ia berkonspirasi untuk terlibat dalam perdagangan seks dengan kekerasan, penipuan, dan paksaan dan perdagangan seks anak.
Terbaru, dilansir dari Insider, pengadilan menuduh Quiboloy dan dua administrator lainnya merekrut perempuan dari usia 12 hingga 25 tahun sebagai asisten pribadi yang disebut “pastoral”.
Total anak yang menjadi korban kekejiannya, yakni lima korban perempuan, tiga di bawah umur, yang direkrut mulai tahun 2002 hingga setidaknya 2018.
Tugas mereka adalah memasak dan bersih-bersih, memberi pijatan serta berhubungan seks dengannya dalam “tugas malam”. KOJC mengklaim memiliki jutaan anggota di Filipina dan jutaan lainnya di negara lain.
“Terdakwa Quiboloy dan administrator KOJC lainnya mengatakan kepada pastoral bahwa melakukan 'tugas malam' adalah 'kehendak Tuhan' dan hak istimewa, serta demonstrasi yang diperlukan dari komitmen pastoral untuk memberikan tubuhnya kepada terdakwa sebagai 'Anak Tuhan yang Ditunjuk'”.
Para pastor yang menolak keras pada tugas malam diberitahu bahwa mereka yang mencoba meninggalkan gereja atau tidak dapat melakukan tugas malam diancam dan disiksa secara fisik oleh Quiboloy.
Baca Juga: Bantah Intervensi Korban Pelecehan Seksual di KPI Pusat: Dampingi Terduga Korban
“bahwa mereka memiliki iblis dalam diri mereka dan mempertaruhkan hukuman kekal, menurut dakwaan dan mereka yang mencoba meninggalkan gereja atau tidak dapat melakukan tugas malam diancam dan disiksa secara fisik oleh Quiboloy,” paparnya.
Para pastoral yang taat akan dihadiahi makanan enak, kamar hotel mewah, jalan-jalan dan pembayaran tunai tahunan berdasarkan kinerja yang semuanya dibayar dengan uang yang diminta oleh pekerja KOJC di AS.
Dua lagi administrator KOJC ditangkap Kamis – Bettina Padilla Roces, 48 tahun yang juga dikenal sebagai “Kuki”, ditangkap di Reseda karena diduga menangani masalah keuangan untuk gereja.
Satu lagi, Maria De Leon, 72 tahun, pemilik Layanan Dokumen Hukum Liberty yang berbasis di Koreatown, yang menurut jaksa memproses pernikahan palsu dan dokumen terkait imigrasi untuk pekerja KOJC.
Penyelidikan terhadap KOJC sedang berlangsung dan FBI mengatakan mungkin ada lebih banyak calon korban.***