Gelar Doa Budaya, Getih Getah Gula Klapa di Candi Simping Beri Kesan Sederhana Namun Penuh Makna

- 18 November 2020, 07:08 WIB
Foto Ketua Getih Getah Gula Klapa Rahmanto Adi (kiri), beserta Tumpeng dan sesajen untuk kegiatan Doa Budaya Getih Getah Gula Klapa di Candi Simping
Foto Ketua Getih Getah Gula Klapa Rahmanto Adi (kiri), beserta Tumpeng dan sesajen untuk kegiatan Doa Budaya Getih Getah Gula Klapa di Candi Simping /Media Blitar/Annisa Aprilya Putri

 

MEDIA BLITAR - Kegiatan Getih Getah Gula Klapa tahun ini sukses dilaksanakan di Candi Simping, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar pada Selasa 17 November 2020 malam. 

Dengan mengusung tema ‘Trantanan’, kegiatan yang digelar tahun ke empat penyelenggaraannya ini diinisiasi oleh Komunitas Sulud Sukma bersama Karang Taruna Nusantara 1 Desa Sumberjati dalam rangka peringatan sepasaran 727 tahun berdirinya Kerajaan Majapahit yang ditandai dengan penobatan Sri Kertarajasa Jayawardhana tahun 1293 silam.

Baca Juga: Warga Blitar Wajib Tahu! BPUM Dinas Koperasi Resmi Dibuka Kembali. Berikut Langkah Pendaftarannya

Getih Getah Gula Klapa kali ini sedikit berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Karena masih adanya pandemi Covid-19 di Indonesia, Getih Getah Gula Klapa ini digelar secara terbatas, tertutup dan dihadiri oleh beberapa orang saja. Hal ini dilakukan dalam upaya mengurangi resiko penularan Covid-19.

Rahmanto Adi, Ketua Komunitas Sulud Sukma, bahwa dimasa pandemi Covid-19 ini sebagian besar kegiatan harus dibatasi.

“Getih Getah Gula Klapa tahun ini memang sedikit berbeda, mengingat masih adanya pandemi Covid-19, maka pihak kami menggelar kegiatan ini secara terbatas,” jelas pria yang akrab disapa Oppaantok.

Baca Juga: Intip Tren Bersepeda, Olahraga Populer di Kala Pandemi

Perlu diketahui tahun lalu, Kirab Pataka dan Panji-panji Majapahit menjadi penanda awal digelarnya Getih Getah Gula Klapa. Dimana kirab akan diawali dari Kantor Desa Sumberjati menuju Pelataran Candi Simping, yang nantinya akan disambut dengan beberapa pagelaran kesenian.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, Getih Getah Gula Klapa tahun ini difokuskan pada acara intinya yakni doa budaya yang melibatkan beberapa masyarakat dan pemuda pemudi di Blitar dengan jumlah yang terbatas.

Baca Juga: Satu Data Pemerintah di Himbara, Untuk Bantu Penyaluran Pemulihan Ekonomi Nasional

Foto Doa Budaya oleh Redi Wisono dan guru-guru SMAN Kademangan
Foto Doa Budaya oleh Redi Wisono dan guru-guru SMAN Kademangan

“Beberapa rangkaian kegiatan seperti kirab ditiadakan dan diganti dengan acara inti doa budaya dengan melibatkan beberapa pemuda pemudi di Blitar dengan jumlah yang tidak terlalu banyak,” ucap Rahmanto.

“Doa budaya ini bersifat simbolis sebagai penanda bahwa kegiatan tahunan Getih Getah Gula Kelapa akan tetap diadakan di masa-masa normal mendatang,” lanjutnya.

Dimulai selepas matahari terbenam, kegiatan doa bersama di dalam area Candi Simping diawali pembacaan puisi, kemudian ada tarian, lalu disambung dengan narasi Nararya Sanggramawijaya, serta lantunan macapat yang bersambung pada puncak acara yakni doa budaya, sedangkan untuk penutup kegiatan ada murak sajen.

Baca Juga: Pesan Penyintas: Covid-19 Nyata, Menyiksa, dan Berbahaya

Baca Juga: PRMN Sahabat UMKM, MEDIA BLITAR Siap Bantu Promosi dan IKLAN GRATIS Bagi Pelaku Usaha di Blitar Raya

Adapun seluruh pendukung kegiatan ini dilakukan dengan konsep kegiatan berbasis masyarakat yang mengedepankan semangat gotong royong dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa dan menerapkan nilai-nilai Pancasila.

Tema ‘Trantanan’ yang diangkat pada Getih Getah Gula Klapa ini merupakan tahapan seorang anak mulai berjalan, dimana orang Jawa mengenal istilah 'trantanan' yang artinya masih harus dipegangi oleh orang tuanya. 

Foto Beberapa Pengisi Acara Kegiatan Doa Bersama
Foto Beberapa Pengisi Acara Kegiatan Doa Bersama

Baca Juga: Belum Dapat BSU Rp1,2 Juta? Pastikan Namamu Ada di Link Ini Untuk Dapat BLT BPJS Ketenagakerjaan

‘Trantanan’ menggambarkan bahwa tahun ini Getih Getah Gula Klapa baru berusia 4 tahun atau masih balita, masih jauh perjalanan untuk menggapai cita terwujudnya Pusat Kajian Budaya Majapahit dan Peradaban Nusantara di komplek Candi Simping, tempat Sang Proklamator Kerajaan Majapahit, Raden Wijaya didharmakan.

Rahmanto juga menjelaskan, tujuan dari digelarnya “Getih Getah Gula Klapa” adalah memperkenalkan kembali pada masyarakat luas bahwa komplek Candi Simping di Desa Sumberjati Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, merupakan sebuah situs budaya yang menyimpan sejarah besar kejayaan Nusantara.

Baca Juga: Si Manis dan Gurih Sambel Pecel Khas Blitar yang Wajib Kamu Coba Saat Berkunjung ke Kota Patria

Sebab Candi Simping merupakan tempat bersejarah dan menjadi tempat pendharmaan abu dari raja pertama sekaligus sang pendiri kerajaan Majapahit yakni Nararya Sanggramawijaya atau biasa disebut Raden Wijaya.

"Besar harapan bahwa Blitar yang sudah dikenal sebagai Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja juga bisa dikenal sebagai Bumi Proklamator Nusantara I dan Candi Simping sebagai etalase budaya bisa menjadi tempat untuk menggali inspirasi nasionalisme kebangsaan,” ucap Rahmanto.

***

Editor: Annisa Aprilya Putri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x