Gelar Doa Budaya, Getih Getah Gula Klapa di Candi Simping Beri Kesan Sederhana Namun Penuh Makna

- 18 November 2020, 07:08 WIB
Foto Ketua Getih Getah Gula Klapa Rahmanto Adi (kiri), beserta Tumpeng dan sesajen untuk kegiatan Doa Budaya Getih Getah Gula Klapa di Candi Simping
Foto Ketua Getih Getah Gula Klapa Rahmanto Adi (kiri), beserta Tumpeng dan sesajen untuk kegiatan Doa Budaya Getih Getah Gula Klapa di Candi Simping /Media Blitar/Annisa Aprilya Putri

Berbeda dengan tahun sebelumnya, Getih Getah Gula Klapa tahun ini difokuskan pada acara intinya yakni doa budaya yang melibatkan beberapa masyarakat dan pemuda pemudi di Blitar dengan jumlah yang terbatas.

Baca Juga: Satu Data Pemerintah di Himbara, Untuk Bantu Penyaluran Pemulihan Ekonomi Nasional

Foto Doa Budaya oleh Redi Wisono dan guru-guru SMAN Kademangan
Foto Doa Budaya oleh Redi Wisono dan guru-guru SMAN Kademangan

“Beberapa rangkaian kegiatan seperti kirab ditiadakan dan diganti dengan acara inti doa budaya dengan melibatkan beberapa pemuda pemudi di Blitar dengan jumlah yang tidak terlalu banyak,” ucap Rahmanto.

“Doa budaya ini bersifat simbolis sebagai penanda bahwa kegiatan tahunan Getih Getah Gula Kelapa akan tetap diadakan di masa-masa normal mendatang,” lanjutnya.

Dimulai selepas matahari terbenam, kegiatan doa bersama di dalam area Candi Simping diawali pembacaan puisi, kemudian ada tarian, lalu disambung dengan narasi Nararya Sanggramawijaya, serta lantunan macapat yang bersambung pada puncak acara yakni doa budaya, sedangkan untuk penutup kegiatan ada murak sajen.

Baca Juga: Pesan Penyintas: Covid-19 Nyata, Menyiksa, dan Berbahaya

Baca Juga: PRMN Sahabat UMKM, MEDIA BLITAR Siap Bantu Promosi dan IKLAN GRATIS Bagi Pelaku Usaha di Blitar Raya

Adapun seluruh pendukung kegiatan ini dilakukan dengan konsep kegiatan berbasis masyarakat yang mengedepankan semangat gotong royong dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa dan menerapkan nilai-nilai Pancasila.

Tema ‘Trantanan’ yang diangkat pada Getih Getah Gula Klapa ini merupakan tahapan seorang anak mulai berjalan, dimana orang Jawa mengenal istilah 'trantanan' yang artinya masih harus dipegangi oleh orang tuanya. 

Halaman:

Editor: Annisa Aprilya Putri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x