Kurang Penanganan PMK dari Dinas Terkait, Peternak di Magetan Rugi Ratusan Juta Sampai Harus Suntik Sendiri

11 Juni 2022, 10:16 WIB
Kurang Penanganan PMK dari Dinas Terkait, Peternak di Magetan Rugi Ratusan Juta Sampai Harus Suntik Sendiri /Dok. MediaBlitar/Anindito

MEDIA BLITAR - Kurangnya penanganan dari dinas terkait, membuat salah satu peternak sapi asal Desa Janggan, Poncol, Magetan Jawa Timur, terpaksa merugi ratusan juta hingga sampai harus menyuntik sendiri sapi peliharannya yang sudah terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK).

"Sejak ada sapi saya yang kena PMK, sudah dari dua minggu lalu saya melaporkan ke Dinas Peternakan dan Perikanan Magetan, tapi cuma dapet sosialisasi saja, tidak ada kelanjutan yang serius dari dinas terkait, sedangkan di desa saya sudah zona hitam bukan merah lagi, dari kurang lebih 1500 ekor sapi di desa saya hampir 90% terkena PMK," ungkap Toha Ma'sum, saat dihubungi Tim Media Blitar, Jumat 10 Juni 2022.

Karena tidak adanya penanganan yang serius, Ia mengatakan bahwa terpaksa harus membeli sendiri obat dan vitamin di toko online, bahkan sampai membeli dari luar kota.

Baca Juga: Alot? Begini Cara Masak Daging Sapi Empuk Tanpa Presto yang Jarang Diketahui

"Kemarin saya sampe beli obat dan vitamin ke Blitar seharga Rp 1,6jutaan, untuk pengobatan dan pencegahan supaya tidak menular ke yang lain," tambahnya.

Obat dan vitamin yang dibeli online, terpaksa disuntik sendiri lantaran tidak kunjung mendapatkan penanganan dari dinas terkait.

"Saya terpaksa menyuntik sendiri, karena dari dinas tidak ada solusi, tidak ada dokter hewan yang ke kandang saya, jadinya saya sendiri yang harus mengobati," ungkap Toha Ma'sum.

Baca Juga: Usia 34 Tahun, Jenita Janet Jadi Juragan Ternak Dihadiahi 50 Ekor Sapi, Danu Sofwan:  Berawal Investasi 3 Ekor

Lebih lanjut dijelaskan, sebanyak 21 ekor sapi miliknya sudah terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) sejak dua minggu lalu, dan beberapa diantaranya sudah ada yang sembuh, namun masih butuh penanganan khusus. 

Beberapa sapi yang sakit terpaksa dijual dengan harga yang sangat murah untuk dipotong, lantaran merasa tidak tega dengan kondisi sapi peliharaannya tersebut.

"Dua minggu ini sudah tujuh ekor sapi saya jual untuk dipotong, yang terakhir kemarin (Kamis 9 Juni 2022), saya jual sapi berbobot 1.020 kilogram ke tukang jagal seharga Rp 35juta," ujarnya.

Baca Juga: Ketentuan Hewan Yang Bisa Digunakan Untuk Berkurban, Sebagai Pengganti Sapi dan Kambing

Menurutnya, saat sapi tersebut masih dalam kondisi sehat, sudah sempat ditaksir mencapai Rp 120juta.

Toha juga menjelaskan bahwa total kerugiannya sudah mencapai Rp 200 jutaan.

"Kalau ditotal, dari 7 ekor sapi saya yang terinfeksi PMK terpaksa saya jual murah, hitungan kerugiannya sudah mencapai 200jutaan, padahal harusnya menuju Idul Adha ini memasuki masa panen," tutupnya.

Baca Juga: Berulang Kali Muncul, Brasil Gencar Selidiki Penyakit Sapi Gila pada Manusia

Disisi lain, menjelang Idul Adha 1443 H Pemerintah bersama instansi terkait akan mempercepat penanganan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), dengan membentuk Gugus Tugas Penanganan Virus PMK demi melakukan upaya maksimal dalam penanganan PMK.

Airlangga Hartarto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian mengatakan bahwa Presiden meminta kepadanya untuk menangani masalah sampai mikro, seperti penanganan pandemi Covid-19, karena hal itu sangat mempengaruhi perekonomian rakyat.

"Kami akan terus mengawasi secara mingguan dan mengikuti secara teknis," kata Airlangga.

Baca Juga: Sapi Qurban Mengamuk di Kota Blitar, Polisi Langsung Bertindak Cepat Dengan Melepaskan Peluru Tajam

Hal itu dia ungkapkan saat memimpin langsung Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) terkait penanganan dan pengendalian PMK yang digelar secara daring pada Rabu lalu.

Dalam Rakortas tersebut, Airlangga mengarahkan agar vaksinasi pada hewan lebih diperbanyak, supaya tidak sampai menularkan hewan yang lain, mengingat populasinya yang sangat banyak saat ini dan dibutuhkan untuk hewan kurban.

***

Editor: Ninditoo

Tags

Terkini

Terpopuler