MEDIA BLITAR – Rusa Poris yang dipelihara oleh pihak kepresidenan Paraguay mendadak melakukan penyerangan.
Diketahui bahwa pihak kepresidenan Paraguay memelihara seekor rusa yang berasal dari India. Rusa ini sangat bagus dan eksotis.
Rusa Poris ini dipelihara di taman kepresidenan secara liar dan dipelihara dengan sangat baik. Hewan eksotis ini dipelihara di taman seluas 10 Hektar.
Hewan ini termasuk kedalam hewan yang memiliki temperamen, oleh karena itu dipisahkan dengan hewan lain.
Seperti yang dikatakan oleh Direktur satwa liar di Kementerian Lingkungan Hidup Paraguay, Frederick Bauer, hewan ini harus dijauhkan dari kontak langsung dengan manusia.
Karena sifatnya yang tempramen dan tidak bisa diganggu oleh manusia atau hewan lain dalam teritori miliknya, maka tidak disarankan untuk melakukan kontak langsung dengan Rusa Poris.
Sayangnya, pada Selasa 4 Januari 2022, rusa ini melakukan penyerangan terhadap petugas militer yang sedang berpatroli di sekitar wilayah taman.
Penyerangan ini dilakukan ketika petugas melaksanakan tugasnya berpatroli mengelilingi taman kepresidenan Paraguay.
Di Tengah menjalankan tugas, ia mendapatkan penyerangan dari Rusa Poris hingga harus dirawat di rumah sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Dilansir dari pikiran-rakyat.com, kolonel Victor Urdapilleta menyatakan bahwa, kematian petugas patroli di karena adanya luka tusuk oleh tanduk Rusa Poris.
Dari rekaman CCTV taman, memperlihatkan bahwa petugas Isasi memasuki wilayah teritorial Rusa, sehingga terjadi penyerangan.
"Di kamera CCTV, Anda dapat melihat (sersan) memasuki sektor di mana hewan-hewan ini berada dan dia membuat gerakan (mengangkat tangan) yang memancing reaksi rusa," kata Urdapilleta dikutip dari pikiran-rakyat.com.
Diperkirakan karena lambaian tangan sersan Isasi mengganggu ketenangan hewan eksotis ini. Merasa teritorinya diganggu, maka ia menyerang sersan Isasi hingga tewas.
Pada kenyataannya, kepemilikan Rusa Poris ini tidak disetujui oleh semua pihak. Ada beberapa pihak yang menolak rusa ini dipelihara di taman kepresidenan.
Salah satunya adalah Kolonel Victor Urdapilleta, ia merasa hewan ini tidak cocok bila dipelihara di taman dengan luas 10 hektar dan dipisahkan dengan hewan yang lain.
"Tidak pantas untuk memiliki hewan eksotis di penangkaran, tetapi tidak ada aturan," jelasnya.
Urdapilleta sangat menyayangkan kejadian yang merenggut nyawa anak buahnya ini, oleh karenanya ia berpendapat bila hewan non pribumi ini tidak dipelihara di lingkungan kepresidenan.
Sebagai bentuk belasungkawa atas insiden tersebut, pihak pemerintah Paraguay akan memberikan kompensasi kepada keluarga korban. ***