Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam perlu menggunakan inovasi teknologi produksi, seperti pembangunan washing plant.
Penggunaan washing plant pernah disampaikan Budi Sasongko, Direktur Utama PT Garam pada 27 April 2020 pada Webinar Komisi Kelautan PPI Dunia bahwa pembangunan washing plant adalah salah satu solusi penanganan pergaraman nasional dalam basis teknologi.
Baca Juga: Bumbu Dapur Pewarna Alami, Ketahui Manfaat Kunyit untuk Kesehatan
Permasalahan yang terkait produktifitas dan kualitas garam nasional ini, membuat Susi Pudjiastuti geram.
Pada akun Twitter Susi Pudjiastuti, pada 6 Oktober 2020 menyampaikan bahwa, “Impor garam industri tanpa kontrol & jor joran.. garam impor bocor ke pasar konsumsi .. akhirnya garam petani tidak ada yg beli.”
“Akhirnya mereka tidak bisa produksi lagi. Thn 2015, 2016, 2017 sd awal 2018 sebelum ada PP 9 thn 2018 harga garam mencapai Rp 2500 minimal Rp 1500,” lanjut Susi Pujdjiastuti yang dicuitkan di Twitter.
Impor garam industri tanpa kontrol & jor joran.. garam impor bocor ke pasar konsumsi .. akhirnya garam petani tidak ada yg beli. Akhirnya mereka tidak bisa produksi lagi. Thn 2015, 2016, 2017 sd awal 2018 sebelum ada PP 9 thn 2018 harga garam mencapai Rp 2500 minimal Rp 1500 ????????— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) October 6, 2020
Susi Pudjiastuti menegaskan, jika impor terus dilakukan tanpa kontrol, kemungkinan petani garam tidak dapat produksi lagi karena daya beli masyarakat dialihkan pada garam impor.
***