Susi Pudjiastuti Geram, Perkara Presiden Jokowi Impor Garam

- 7 Oktober 2020, 22:10 WIB
Potret Susi Pudjiastuti saat menjadi peragawati.*
Potret Susi Pudjiastuti saat menjadi peragawati.* /Instagram.com/susipudjiastuti115/

MEDIA BLITAR – Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo mengatakan bahwa permasalahan utama dalam pengembangan industri garam rakyat adalah produktivitas dan kualitas garam rakyat yang dihasillkan.

Seperti dikatakan Presiden Jokowi dalam unggahan akun Instagram miliknya, Senin 5 oktober 2020 mengatakan bahwa masalah garam nasional disebabkan karena rendahnya produksi nasional Indonesia.

Hal ini membuat produksi garam nasional tidak cukup dan harus melakukan impor garam. 

“Pertama, kualitas garam rakyat yang masih belum memenuhi standar untuk kebutuhan industri. Data per 22 September yang saya terima menyebutkan setidaknya masih 738.000 ton garam rakyat yang tidak terserap oleh industri kita”, ujar Jokowi.

Baca Juga: Kepolisian Menangkap John David, Perintis McAfee Antivirus di Spanyol

Selain itu, Jokowi juga menyampaikan bahwa, “Sebagai contoh pada tahun 2020, kebutuhan garam nasional sebanyak 4 juta ton pertahun, dan produksi garam nasional yaitu 2 juta ton. Serta, alokasi kebutuhan garam industri sebesar 2,9 juta ton”.

Ketika produksi garam nasional rendah dan kebutuhan masyarakat melebihi dari produksi, cara yang paling mudah dilakukan adalah impor garam, dan inilah yang terjadi saat ini.

Baca Juga: ShopeePay Perluas Jangkauan ke Lebih dari 500 Outlet Planet Ban

Jokowi mengatakan bahwa diperlukan langkah-langkah perbaikan yang harus dikerjakan bersama, sehingga garam rakyat bisa terbeli. Serta diperlukan supply chain atau pemenuhan bahan baku mulai hulu hingga hilir.

“Penting untuk memperhatikan ketersediaan lahan produksi. Mempercepat integrasi serta ekstensifikasi lahan dalam rakyat yang ada di 10 provinsi produsen garam,” lanjut Jokowi.

Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam perlu menggunakan inovasi teknologi produksi, seperti pembangunan washing plant.

Penggunaan washing plant pernah disampaikan Budi Sasongko, Direktur Utama PT Garam pada 27 April 2020 pada Webinar Komisi Kelautan PPI Dunia bahwa pembangunan washing plant adalah salah satu solusi penanganan pergaraman nasional dalam basis teknologi.

Baca Juga: Bumbu Dapur Pewarna Alami, Ketahui Manfaat Kunyit untuk Kesehatan

Permasalahan yang terkait produktifitas dan kualitas garam nasional ini, membuat Susi Pudjiastuti geram.

Pada akun Twitter Susi Pudjiastuti, pada 6 Oktober 2020 menyampaikan bahwa, “Impor garam industri tanpa kontrol & jor joran.. garam impor bocor ke pasar konsumsi .. akhirnya garam petani tidak ada yg beli.”

“Akhirnya mereka tidak bisa produksi lagi. Thn 2015, 2016, 2017 sd awal 2018 sebelum ada PP 9 thn 2018 harga garam mencapai Rp 2500 minimal Rp 1500,” lanjut Susi Pujdjiastuti yang dicuitkan di Twitter.

 

Susi Pudjiastuti menegaskan, jika impor terus dilakukan tanpa kontrol, kemungkinan petani garam tidak dapat produksi lagi karena daya beli masyarakat dialihkan pada garam impor.

***

Editor: Ninditoo

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah