Emamanuel Macron: Perkuat Sekularisme dari Radikalisme Islam

- 2 Oktober 2020, 20:15 WIB
PRESIDEN Perancis, Emmanuel Macron.
PRESIDEN Perancis, Emmanuel Macron. /AFP/Ludovic Marin/Pool/AFP

MEDIA BLITAR - Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengungkap rencana untuk mempertahankan nilai-nilai sekuler negara dari radikalisme Islam.

Macron menyebut Islam sebagai agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini.

Seperti dilansir AFP, Jumat 2 Oktober 2020 Macron dalam pidato terbarunya menegaskan tidak ada konsesi yang akan dibuat dalam upaya baru untuk mendorong agama keluar dari sektor pendidikan dan sektor publik di Prancis.

Baca Juga: Kabar Gembira! Oktober hingga Desember 2020, PLN Turunkan Tarif Listrik

"Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis di seluruh dunia saat ini, kita tidak hanya melihat ini di negara kita," ucap Macron.

Dia mengumumkan bahwa pemerintah akan mengajukan sebuah rancangan undang-undang (RUU) pada Desember mendatang, untuk memperkuat undang-undang (UU) tahun 1905 yang secara resmi memisahkan gereja dan negara di Prancis.

Langkah-langkah tersebut, kata Macron, ditujukan untuk mengatasi persoalan tumbuhnya radikalisasi Islam di Prancis dan meningkatkan kemampuan untuk hidup bersama.

Baca Juga: 5 Trik Jitu Melatih Otak untuk Dapat Fokus, Patut Kamu Coba!

"Sekularisme adalah dasar dari Prancis yang bersatu, namun tidak ada gunanya menstigmatisasi semua Muslim yang beriman," tegas Macron.

Disebutkan Macron bahwa UU itu mengizinkan orang-orang untuk menganut agama dan keyakinan apapun yang mereka pilih, namun menampilkan afiliasi agama di luar dalam keadaan apapun tidak diizinkan di sekolah atau layanan publik.

Dia mengumumkan bahwa Prancis akan berupaya membebaskan Islam di Prancis dari pengaruh asing, dengan meningkatkan pengawasan terhadap pendanaan untuk masjid-masjid.

Baca Juga: Sebagai Acuan, Kemenkes Tetapkan Batas Harga Swab Test Mandiri, Segini Harganya

Akan ada juga pengawasan lebih erat terhadap sekolah-sekolah dan asosiasi yang secara eksklusif melayani komunitas keagamaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Prancis dipaksa melihat dengan cermat nilai-nilai inti republiknya, yang dianggap banyak pihak terancam oleh Islam setelah serangkaian serangan teror sejak tahun 2015 menargetkan kebebasan sekuler, termasuk kebebasan berekspresi.

Pidato Macron ini disampaikan sepekan setelah seorang pria melukai dua orang dengan pisau daging di luar bekas kantor majalah satire Charlie Hebdo. Pemerintah Prancis mengecam serangan itu sebagai aksi terorisme Islam.

Baca Juga: Foto Pasangan Filipina Jadi Viral, Usai Foto Pre-Wedding Bertema Crash Landing On You

Pada Januari 2015, beberapa staf majalah Charlie Hebdo diserang oleh sekelompok pria bersenjata yang berupaya membalas penerbitan karikatur Nabi Muhammad.

Pada Januari lalu, perdebatan baru soal kebebasan berekspresi mencuat setelah seorang remaja menerima ancaman pembunuhan karena menyerang Islam dalam postingan Instagram yang penuh sumpah serapah. Awal bulan ini, opini publik terbelah saat sejumlah anggota parlemen.

Baca Juga: Data Karyawan Dibongkar, Sebanyak 19.000 Pekerja Amazon Terpapar Covid-19

Prancis melakukan walk-out ketika seorang mahasiswi memasuki gedung parlemen dengan
memakai kerudung.

***

Editor: Ninditoo

Sumber: AFP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah