Perang Armenia dan Azerbaijan Meletus, Apa Penyebabnya?

4 Oktober 2020, 20:45 WIB
Perang Armenia dan Azerbaijan.* /EPA/

MEDIA BLITAR – Perang antara Armenia dan Azerbaijan kini kembali Meletus. Peperangan terjadi di wilayah Nagorno-Karabakh. Perang terjadi sejak Minggu 27 September 2020.

Peperangan yang hingga kini terjadi telah memakan ratusan korban jiwa. Dewan Keamanan PBB meminta pasukan Armenia dan Azerbaijan untuk segera menghentikan pertempuran.

Para anggota dewan mengatakan mereka mengutuk keras penggunaan kekerasan dan menyesali hilangnya nyawa dan korban sipil.

"Mendesak semua pihak untuk bekerja sama dengan para ketua bersama, untuk dimulainya kembali dialog yang mendesak tanpa prasyarat," tulis Dewan Keamanan PBB sebagaimana dikutip AFP, Rabu 30 September 2020.

Baca Juga: FSGI Soroti Metode Pembelajaran Jarak Jauh Kemendikbud Yang Dinilai Banyak Kendala

Lantas bagaimana perang ini dapat terjadi?

Akhir 1980-an – Awal 1990-an

Berawal dari dorongan memisahkan diri terjadi di mana Nagorno-Karabakh, Armenia, ingin membuat negara sendiri. Secara teritorial Nagorno-Karabakh masuk ke dalam teritori Azerbaijan tetapi ia dijalankan oleh etnis Armenia. Saat Uni Soviet runtuh, Nagorno-Karabakh adalah wilayah mayoritas etnis Armenia namun Kremlin yang memegang kendali memberikan wilayah itu pada otoritas Azerbaijan.

Perbedaan mayoritas Nagorno-Karabakh yang Kristen dan Azerbaijan yang Muslim semakin memperkeruh persoalan.

Armenia pun mendukung kelompok yang bersitegang dengan Azerbaijan sehingga menimbulkan konflik.

Baca Juga: BMKG Berikan Peringatan! Fenomena La Lina di Indonesia

Di sisi lain, Azerbaijan berusaha untuk menekan gerakan separatis. Kedua negara tersebut perang berdarah di wilayah yang sama pada akhir 1980-an dan awal 1990-an.

Konflik tersebut semakin diperumit dengan masuknya Turki. Negara itu merupakan sekutu dekat Azerbaijan, yang mengakui kemerdekaan pada tahun 1991. Apalagi Turki tidak memiliki hubungan resmi dengan Armenia. Sementara Armenia memiliki hubungan baik dengan Rusia.

Ada pangkalan militer Rusia di Armenia, dan keduanya adalah anggota aliansi militer Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO). Puluhan ribu orang tewas dan hingga satu juta orang mengungsi di tengah laporan pembersihan etnis dan pembantaian yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Tahun 1992 – 1994

Pada tahun 1993 Turki menutup perbatasannya dengan Armenia untuk mendukung Azerbaijan selama perang di Nagorno-Karabakh.

Pasukan Armenia menguasai Nagorno-Karabakh sebelum gencatan senjata yang ditengahi Rusia pada 1994. Namun kesepakatan damai akhirnya dibuat dengan ditengahi Rusia. Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan. Namun realitanya kelompok kemerdekaan setempat membentuk republik dan mendeklarasikan negara sendiri, dijalankan oleh etnis Armenia dan didukung oleh pemerintah Armenia.

Baca Juga: BMKG Berikan Peringatan! Fenomena La Lina di Indonesia

Perundingan damai juga telah berlangsung, dengan dimediasi oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) Minsk Group. Ini adalah sebuah badan yang dibentuk pada tahun 1992 dan diketuai oleh Prancis, Rusia, dan Amerika Serikat (AS).

Namun sejauh ini perjanjian damai belum ditandatangani.

Tahun 2016 – 2019

Konflik pun terus berlanjut selama tiga dekade terakhir, dengan gejolak serius terakhir pada tahun 2016, ketika puluhan tentara di kedua negara tewas.

Pada 2018, Armenia mengalami revolusi damai, menyapu rezim Serzh Sargysan dari kekuasaan.

Kepemimpinan kini dijalankan oleh Perdana Menteri Nikol Pashinyan setelah pemilu bebas tahun itu. Pashinyan setuju dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliev untuk mengurangi ketegangan dan mendirikan hotline militer pertama antara kedua negara.

Baca Juga: Konsumsi Sayur Agar Tetap Sehat di Masa Pandemi, Berikut Resep Kreasi Sayur Lezat

Pada 2019, kedua negara mengeluarkan pernyataan yang menyatakan perlunya mengambil tindakan konkret untuk mempersiapkan penduduk untuk perdamaian.

Tahun 2020

Namun, sayangnya pada Minggu 27 September 2020 perang kembali meletus. Azerbaijan melancarkan serangan udara dan artileri sedangkan Armenia mengumumkan darurat militer dan memobilisasi penduduk laki-laki. Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan Armenia dan otoritas di Nagorno-Karabakh menyerang terlebih dahulu. Azerbaijan meminta mereka untuk meletakkan senjata dan menyerah.

Kondisi panas sebenarnya sudah terlihat sejak Februari 2020. Insiden awal adalah saat pasukan Azerbaijan melaporkan ada tembakan yang diluncurkan Armenia di pos-pos angkatan negara itu.

Baca Juga: Demi Menikah dengan Sule, Natalie Holscher Hapus Tatto Sampai Jadi Mualaf, Simak Kemesraan Mereka

Armenia, disebut Azerbaijan menembaki pasukan dengan senjata api dan sniper. Ini menewaskan empat orang tentara dan melukai satu lainnya.

Perang kedua negara menyalakan kembali kekhawatiran tentang stabilitas di Kaukasus Selatan.

Apalagi ini adalah tempat koridor pipa yang membawa minyak dan gas ke pasar dunia. Jalur pipa yang mengirimkan minyak dan gas alam Kaspia dari Azerbaijan ke dunia melewati dekat Nagorno-Karabakh. Armenia di Juli pernah memperingatkan risiko keamanan di Kaukasus Selatan setelah Azerbaijan mengancam akan menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir Armenia sebagai kemungkinan pembalasan.

***

Editor: Ninditoo

Tags

Terkini

Terpopuler