MEDIA BLITAR – Kondisi mengenaskan menimpa salah satu warga Palestina yang kedapatan melakukan aksi mogok makan selama berbulan-bulan. Aksi ini sebagai bentuk protes atas penahanannya oleh Israel, hampir tidak bisa bertahan, kata sang ibu, setelah pengunjuk rasa menuntut agar ia dan sejumlah lainnya dibebaskan.
Saking lemahnya, kini bahkan berat badan Miqdad al-Qawasmi turun drastis hampir separuhnya sejak 21 Juli lalu ketika mulai menolak makanan dan hanya minum air garam, menurut keluarganya.
Baca Juga: Tambah 1300 Pemukiman Anyar Yahudi di Tepi Barat, AS Kecam Israel untuk Pertama Kalinya
Aksi mogok makan bersama lima tahanan lainnya yang juga berasal dari Tepi Barat yang diduduki untuk menanggapi penahanan administratif, di mana Israel dapat menangkap warga Palestina yang dianggapnya sebagai tersangka hingga 60 hari tanpa dakwaan dan memperpanjang masa tahanan dengan persetujuan pengadilan.
Pria berusia 24 tahun itu tak mampu berbicara sekaligus menjadi yang paling lemah di antara keenam tahanan.
Baca Juga: Terbaru Malaysia Laporkan Temuan 48 Kasus Baru Varian Delta
“Kondisi kesehatannya menurun karena terus-terusan mogok makan, ia berisiko tinggi sakit,” kata ibunya Iman Qawasmi kepada Reuters pekan lalu di ruang ICU rumah sakit Kaplan di Rehovot dekat Tel Aviv.
“...Mengapa tidak ada yang campur tangan untuk menyelamatkan nyawa manusia?”
Qawasni menghabiskan beberapa pekan di rumah sakit sebelum dipindahkan ke klinik penjara Ramle.
Baca Juga: Pemukiman Yahudi Diperluas, AS Kecam Israel: Upaya Perdamaian Bisa Sia-sia
Qawasmi ditangkap pada Januari. Petugas keamanan Israel menyebutkan bahwa penahanan administratifnya “berdasarkan intelijen yang diajukan ke pengadilan” mengenai keterlibatannya dalam kegiatan yang terkait dengan kelompok Islam Palestina Hamas. Status ini telah ditangguhkan karena ia dirawat di rumah sakit, lanjutnya.
Warga Palestina menggelar aksi protes di Tepi Barat, wilayah yang dicaplok oleh Israel selama perang Timur Tengah 1967, untuk mendukung Qawasni dan lima pelaku aksi mogok makan lainnya.
“Kami meminta Otoritas Palestina agar mengerahkan sumber daya mereka... untuk memastikan solidaritas internasional dengan para tahanan,” ucap pengunjuk rasa Omar Assaf selama aksi protes di Kota Ramallah, Tepi Barat, Selasa 9 November 2021.
Dilansir dari Reuters, terdapat sekitar 500 warga Palestina yang kini ditahan di penjara Israel di bawah penahanan administratif, kata pejabat Palestina.
Namun, hingga berita ini ditulis Israel masih saja bungkam soal jumlah tahanan yang mereka tangkap.***