5 Tradisi Unik Perayaan Maulid Nabi di Pulau Jawa, Salah Satunya Angkaan Bherkat

19 Oktober 2021, 10:17 WIB
5 Tradisi Unik Perayaan Maulid Nabi di Pulau Jawa, Salah Satunya Angkaan Bherkat /Pixabay/Syauqifillah

MEDIA BLITAR – Seperti diketahui dari kalender hijriah, Maulid Nabi diperingati pada tanggal 12 Rabiul Awal atau bertepatan pada tanggal 18 Oktober 2021, namun pemerintah memutuskan untuk mengubah libur  Maulid Nabi tahun 2021 yang sebelumnya 19 Oktober menjadi tanggal 20 Oktober mendatang.

Dalam peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau biasa disebut dengan Maulid Nabi selalu diperingatkan dengan beragam acara yang berbeda-beda di Indonesia.

Selain itu, dalam perayaan Maulid Nabi biasanya dimulai pengajian, dzikir, hingga permainan dan perlombaan untuk memeriahkan peringatan hari yang dianggap istimewa ini, bahkan kelompok thariqat memperingati maulid dengan dzikir dan syair.

Baca Juga: Apakah Boleh Berpuasa Ketika di Hari Maulid Nabi Muhammad SAW? Begini Penjelasannya

Bukan hanya itu saja, melainkan setiap daerah di Indonesia ada beberapa tradisi unik. Sebagaimana dirangkum MediaBlitar.com dari artikel linkarmadiun.com, berikut ada 5 tradisi hal unik di pulau jawa:

  1. Angkaan Bherkat (Bawean, Gresik)

Angkaan Bherkat biasanya banyak ditemukan di pulau Bawean, sebuah tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Bahkan tiap Rabiul Awal masyarakat diharuskan mengisi bermacam-macam makanan, nasi, lauk-pauk, buah-buahan, bahkan peralatan dapur ke dalam sebuah ember.

Baca Juga: 5 Sholawat Maulid Nabi Muhammad SAW yang Dapat Dibaca Beserta Artinya

Uniknya ember tersebut sudah diisikan makanan dan akan diberi pagar kecil dari bambu bagian pinggirnya yang memanjang ke atas.

Pada umumnya di ujung pagar bambu tersebut ditusukkan telur bulat sebagai hiasan dan juga ada acara Diba’ (pembacaan sholawat), doa dan ceramah agama.

Setelah semua selesai diikuti, barulah angkaan tersebut dibagikan kepada masing-masing peserta dengan catatan angkaan yang dibagikan ditukar dengan angkaan peserta lainnya.

  1. Grebeg Maulud (Yogyakarta)

Tradisi Grebeg Maulud Nabi biasanya diadakan di lingkungan Keraton Yogyakarta, setiap bulan Rabiul Awal yang merupakan upacara untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga: Hari Maulid Nabi Muhammad SAW Bolehkah Kita Berpuasa? Berikut Pandangan dan Anjuran Islam

Salah satu rangkaian acara yang terkenal itu, yaitu sekaten atau acara pasar malam.

Dalam sejarah Grebeg Maulud Nabi yang dijelaskan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan tujuan awalnya untuk menyebarkan agama islam dan proses yang disediakan sebanyak 7 gunungan besar (makanan atau hasil bumi yang ditumpuk mengerucut gunung) sebagai simbol kemakmuran keraton untuk dibagikan kepada rakyat.

Namun, tumpeng tersebut kemudian diarak dari Keraton Yogyakarta menuju masjid Gede Kauman untuk didoakan dan dilanjutkan dengan membunyikan dua perangkat gamelan sekaten milik keraton selama 7 hari.

Dalam acara puncaknya, akan membacakan risalah Maulid Nabi SAW oleh para penghulu keraton.

Baca Juga: PNS-ASN Dilarang Cuti dan Bepergian Selama Libur Maulid Nabi 18-22 Oktober 2021, Dikecualikan untuk Hal Ini

  1. Kirab Ampyang (Kudus)

Kirab Ampyang merupakan tradisi memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW yang dilakukan di Desa Loram Kulon, Jati, Kudus, Jawa Tengah.

Dalam tradisi hal tersebut sama seperti grebeg Maulud di Jogja, awalnya kegiatan Kirab Ampyang di Solo menjadi penyiaran agama Islam di wilayah desa tersebut dan dilakukan oleh Ratu Kalinyamat bersama sang suaminya, Sultan Hadlirin.

Tradisi tersebut dengan menyajikan makanan yang dihiasi dengan ampyang atau nasi dan kerupuk yang diarak keliling desa, sebelum menuju ke masjid Wali At-Taqwa di desa setempat.

Baca Juga: Bagi Pegawai ASN, Ketahui Aturan Larangan Bepergian Menjelang Libur Maulid Nabi 18-22 Oktober 2021

Selain itu, puncak acara tersebut ketika warga berebut nasi kepel yang dibungkus daun jati dan lauk tersebut bisa berupa kerbau, telur dan daging kerbau yang dibungkus daun pisang.

Seperti diketahuinya, Ampyang merupakan sejenis kerupuk yang dahulunya kerupuk berwarna-warni dengan disusun sedemikian rupa sehingga berbentuk, seperti masjid, mushola atau bahkan rumah adat Kudus.

  1. Muludan (Madura)

Dalam perayaan Maulid Nabi, biasanya warga di Madura membawa tumpeng ke Masjid. Tumpeng tersebut dipenuhi beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan kepada tumpeng.

Tepat pada 12 Rabiul Awal, biasanya masyarakat akan berkumpul datang ke masjid acara tersebut diisi dengan pembacaan barzanji (riwayat hidup nabi) dan tak sedikit juga ada ceramah keagamaan yang menceritakan perjuangan Nabi Muhammad SAW semasa hidupnya sebagai teladan hidup.

Baca Juga: Libur Maulid Nabi Digeser, Seluruh ASN Dilarang Ambil Cuti dan Bepergian 18 - 22 Oktober 2021

  1. Panjang jimat (Cirebon)

Panjang jimat merupakan tradisi yang dilakukan di Keraton Cirebon dalam memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW dan tradisi panjang jimat ini dilakukan setiap malam 12 Rabiul Awal.

Istilah panjang jimat memiliki makna tersendiri, yaitu panjang yang artinya lestari dan jimat artinya pustaka.

Dalam tradisi tersebut biasanya mengarak makanan, yaitu barisan orang yang mengarak nasi tujuh rupa atau nasi jimat dari Bangsal Jinem yang merupakan tempat sultan bertahta ke masjid keraton.

Sebelum panjang jimat, biasanya diawali serangkaian kegiatan diantaranya Siraman Panjang atau pencucian alat makan, seperti piring, mangkuk, hingga guci dan senjata kuno yang akan digunakan kala panjang jimat.

Baca Juga: Jelang Liburan Maulid Nabi Muhammad SAW, Pemerintah Larang ASN Bepergian dan Cuti

Selain itu, dalam acara panjang jimat juga dilakukan pembacaan shalawat, dzikir, doa dan pembacaan kitab Barzanji.***

Editor: Farra Fadila

Sumber: Lingkar Madiun

Tags

Terkini

Terpopuler