Korea Utara Isyaratkan akan Lanjutkan Uji Coba Nuklir dan Rudal, hingga Reaksi Joe Biden

- 20 Januari 2022, 18:43 WIB
Sebuah rudal diluncurkan oleh pemerintah Korea Utara dalam uji coba rudal hipersonik di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara, 11 Januari 2022. North Korea's Korean Central News Agency (KCNA). KCNA via REUTERS
Sebuah rudal diluncurkan oleh pemerintah Korea Utara dalam uji coba rudal hipersonik di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara, 11 Januari 2022. North Korea's Korean Central News Agency (KCNA). KCNA via REUTERS /

MEDIA BLITAR - Korea Utara akan memperkuat pertahanannya melawan Amerika Serikat dan mempertimbangkan untuk melanjutkan "semua kegiatan yang ditangguhkan sementara", kata kantor berita negara KCNA pada hari Kamis, referensi yang jelas untuk moratorium uji coba senjata nuklir yang diberlakukan sendiri, serta rudal jarak jauh, seperti dikutip dari Reuters.

Seperti yang diketahui, jika ketegangan meningkat mengiringi serangkaian uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini.

Dorongan AS untuk sanksi baru diikuti oleh reaksi panas dari Pyongyang Korea Utara, meningkatkan momok kembalinya ke periode yang disebut ancaman "api dan amarah" tahun 2017.

Baca Juga: Biden Ungkap Pekerjaan Belum Selesai pada Peringatan 1 Tahun Menjabat, dan Tagihan Janji Kampanye Menyeruak

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengadakan pertemuan politbiro kuat Partai Buruh, yang berkuasa pada hari Rabu untuk membahas "masalah kebijakan penting," termasuk tindakan balasan atas kebijakan AS yang "bermusuhan".

Politbiro memerintahkan pertimbangan ulang langkah-langkah membangun kepercayaan dan "segera memeriksa masalah memulai kembali semua kegiatan yang ditangguhkan sementara," sambil menyerukan "segera memperkuat sarana fisik yang lebih kuat".

Baca Juga: Korea Utara Luncurkan Rudal Hipersonik dalam Uji Coba yang Membara

Keputusan itu tampaknya merupakan langkah di luar pernyataan Kim sebelumnya pada akhir 2019, yang menyampaikan bahwa ia tidak akan lagi terikat oleh moratorium pengujian hulu ledak nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM), setelah Amerika Serikat tidak menanggapi panggilan tersebut. Dimana dulu diharapkan adanya konsesi untuk membuka kembali negosiasi.

Dimana permusuhan dan ancaman Washington dinilai telah "mencapai garis bahaya," kata sebuah laporan, mengutip latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, penyebaran senjata strategis AS yang mutakhir di kawasan itu, dan penerapan sanksi independen dan PBB.

Baca Juga: Para Ahli Amerika, Australia & Inggris Ungkap Ternyata 7 Hobi Ini Bisa Menambah Umur Capai 100 Tahun

Halaman:

Editor: Arini Kumalasari

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x