Ilmuwan Ragukan Deltacron, Diduga Varian Baru COVID-19

21 Januari 2022, 19:24 WIB
Deltacron/ Ilmuwan Ragukan Deltacron, Diduga Varian Baru COVID-19 /Tumisu/Pixabay

MEDIA BLITAR - Deltacron, diduga virus varian baru Covid-19 yang muncul di Siprus kini jadi perdebatan para ilmuwan.

Perdebatan tersebut dipicu oleh sampel atau peralatan laboratorium yang kemungkinan tercemar. 

Baca Juga: Tiba di Indonesia, 87 Jemaah Umrah Positif Covid-19

Kemunculan Deltacron awalnya dilaporkan oleh Dr Leonidos Kostrikis, Profesor biologi dari Universitas Siprus. 

Dr Leonidos mengumumkan temuannya lewat stasiun TV Siprus Sigma TV. 

Menurut pemaparannya Deltacron telah dideteksi sebanyak 25 kasus dan menyebabkan 11 pasien dirawat di rumah sakit. 

Baca Juga: Kenali Efek Samping Vaksin Covid ini, Segera Hubungi Dokter Kata WHO

Pernyataannya menuai kontroversi setelah viral di media sosial. 

Hal itu membuat ilmuwan lain yang meneliti virus Covid-19 menanyakan kebenarannya. 

Dilansir dari Independent, Dr Krutika Kuppalli, peneliti penyakit menular Yang bekerja dengan WHO menyatakan bahwa Deltacron tidak benar adanya. 

Baca Juga: Sempat Tuai Kritikan dalam Strategi Covid-19 Biden, Tim Pemerintahan AS Luncurkan Ratusan Juta N95 Gratis

Melalui akun Twitter-nya dia mengatakan “Deltacron is not real and is likely due to sequencing artefact (lab contamination of Omicron sequence fragments in a Delta specimen). (Deltacron tidak ada, dan hasil tersebut mungkin berasal dari spesimen Omicron yang terkontaminasi spesimen Delta).”

Dr Boghuma Kabisen Titanji, ahli kesehatan dunia, juga menyampaikan keraguannya di media Twitter. 

Baca Juga: Daftar 6 Jenis Booster Vaksin Covid-19 yang Disetujui BPOM, Sudah Dapat Izin Penggunaan Darurat

Menurutnya, Deltacron kemungkinan besar hanyalah kontaminasi alat laboratorium. 

"With transmission levels of SARSCoV2 at all time highs globally, it is likely that recombination is occurring and may rise to levels that we start picking up these events more frequently." (Dengan tingkat transmisi Covid-19 yang sangat tinggi di penjuru dunia, tentu membuka kemungkinan bahwa kombinasi virus telah terjadi dan meningkat hingga kadar yang dapat dideteksi)."

"Will this lead to more concerning variants? That is possible but nobody knows. "(Apakah hasil kombinasi tersebut berbahaya? Tidak ada yang tahu).”

Baca Juga: Daftar 7 Pemain yang Positif Covid-19 di India Open 2022, 10 Atlet dan Pasangan Harus WO di Babak Kedua

Menurutnya, kita harus fokus dalam ketersediaan vaksin bagi semua orang dan melakukan tindak pencegahan lainnya. 

Namun, Dr Kostrikis tetap teguh dalam pendiriannya.

"Ini adalah tuntutan evolusi dari varian asli untuk memungkinkan mutasi ini terjadi, dan bukan hasil dari suatu kombinasi apapun," ujar Dr Kostrikis dikutip dari Bloomberg.

Dia juga menyatakan bahwa dia dan timnya, mendapat penemuan ini setelah banyak sampel diproses melalui berbagai prosedur di lebih dari 1 negara, dan setidaknya satu sampel yang dikirim ke Israel menunjukkan karakteristik genetika Deltacron.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: independent.co.uk

Tags

Terkini

Terpopuler