Menurutnya, cara tersebut merupakan hal yang sebaiknya dilakukan untuk menunjukkan adab sesama warga negara Indonesia.
Ia juga menilai bahwa logo yang digunakan dirasa kurang pas untuk mendeskripsikan rumah gadang. Sebab rumah gadang memiliki falsafah tersendiri di dalamnya.
“Karena ketahuilah bahwa atap rumah gadang Minangkabau yang tinggi menjulang ke langit itu mempunyai arti dalam yakni mengagungkan keesaan dan kebesaran Allah SWT,” katanya.
Sergio pemilik dari ‘Babiambo’ memang mengaku pada awalnya usaha kuliner tersebut ia dirikan lantaran ingin mencoba mengambil peluang baru dengan cara berinovasi dengan kuliner khas Padang, dengan cara menggantinya dengan daging daging babi.
Pemilihan inovasi tersebut juga berawal dari kecintaannya terhadap kedua masakan tersebut.
Ia menjelaskan, pihaknya juga memilih menggunakan kata ‘Babi’ pada nama usahanya dengan tujuan agar para pelanggan tidak keliru.
Sementara itu, soal penamaan usaha, ia juga mengaku telah mendeskripsikan menu olahan daging babi pada menu dan logo yang ada.
Sementara untuk kata 'ambo', menurutnya ide itu hanya sebatas agar para calon pembeli dapat langsung mengetahui jenis olahan daging babi yang dijual.