Patung Putra Sang Fajar Menjadikan Ikon Wisata Baru di Blitar, Serta 7 Keragaman Budaya Yang Ada di Blitar

- 13 Juni 2021, 17:31 WIB
Patung Putra Sang Fajar Menjadikan Ikon Wisata Baru di Blitar, Serta 7 Keragaman Budaya Yang Berada di Kota Blitar
Patung Putra Sang Fajar Menjadikan Ikon Wisata Baru di Blitar, Serta 7 Keragaman Budaya Yang Berada di Kota Blitar /Instagram/@novemlawalata/

MEDIA BLITAR – Patung Putra Sang Fajar yang merupakan presiden pertama Indonesia yakni Ir. Soekarno dan kini menjadi ikon baru kota Blitar dan patung itu baru saja disambangi Presiden kelima Indonesia yakni Megawati Soekarno Putri.

Berbagai inovasi dan program digulirkan untuk mendongkrak jumlah kunjungan wisata ke kota Blitar, serta salah satu yang kini dilakukan yakni mempromosikan sejumlah potensi wisata baru yang tersedia di sejumlah kecamatan.

Baca Juga: Berderai Mata Rizky Billar Melamar Lesti Kejora, Alhamdulillah Prosesi Lamaran Berjalan Lancar

Wisata baru yang tersedia di sejumlah kecamatan, yakni Agrowisata Belimbing di Kecamatan Sukorejo, Kampung Batok di Kelurahan Tanjungsari, Istana Gebang hingga ikon baru yang baru saja diresmikan Patung Putra Sang Fajar.

Namun Istana Gebang merupakan kediaman Ibunda Bung Karno kala itu, di sini tersimpan sebagian benda-benda kesayangan sang Proklamator, seperti koleksi foto dan pernak-pernik lainnya.

Tak hanya itu Kota Blitar yang memiliki banyak julukan dimana-mana salah satunya yakni Kota Patria, Kota Peta (Pembela Tanah Air), Laskar Peta melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Februari 1945.

Baca Juga: 6 Bahaya Mie Instan Untuk Kesehatan dan Simak Berikut Ini Tips Sehatnya

Selain itu, ikon koi yang populer di Jepang dapat dibudidayakan dengan baik di kota ini sehingga memberikan julukan tambahan sebagai Kota Koi.

Khas kota Sang proklamator Blitar tak cukup sampai situ saja, namun Candi Penataran juga merupakan ikon kota Blitar dan berikut ini juga ada berbagai keragaman budaya yang berada di kota Blitar.

Dilansir MediaBlitar dari berbagai sumber, berikut ini 7 keragamanan budaya yang berada di kota Proklamator Blitar, sebagai berikut:

Baca Juga: Lamaran Rizky Billar dan Lesti Kejora: Inilah Isi Seserahan dari Keluarga Pengantin Pria

  1. Grebeg Pancasila

Grebeg ialah tradisi masyarakat Jawa yang biasanya diselenggarakan sebagai upacara peringatan hari-hari besar tertentu, serta masyarakat Blitar menggunakan tradisi grebeg untuk memperingati hari Kelahiran Pancasila setiap tanggal 1 Juni yakni Grebeg Pancasila yang dimana acara ini menjadi satu kesatuan dalam rangkaian peringatan bulan Bung Karno dibulan Juni.

  1. Wayang Orang

Wayang orang ini biasanya dimainkan dengan menggunakan orang sebagai tokoh dalam cerita wayang tersebut dan wayang orang ini diciptakan oleh Sultan Hamangkurat 1 pada tahun 1731.

Namun sesuai dengan nama sebutannya, wayang tersebut tidak lagi dipergelarkan dengan memainkan boneka-boneka wayang kulit yang biasanya terbuat dari bahan kulit kerbau ataupun yang lain, akan tetapi menampilkan manusia-manusia sebagai pengganti boneka-boneka wayang tersebut.

Baca Juga: Aksi Andin Bongkar Kejahatan Elsa, Buat Mama Sarah Serba Salah! Ini Kelanjutan Ikatan Cinta 13 Juni 2021

  1. Siraman Gong Kyai Pradah

Trasisi berikut ini yang begitu mengakar di wilayah Blitar Selatan, tradisi ini selalu meriah dengan lautan manusia yang ingin sekedar menyaksikan maupun meminta berkah dari air sisa siraman gong tersebut.

Namun tradisi ini telah diperingati secara turun menurun oleh masyarakat Sutojayan sebagai kota kelahiran Kota Lodoyo.

  1. Kleduk Kleneng

Tradisi salah satu ini yang dimiliki oleh masyarakat Gogodeso Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar dan tradisi ini dilestarikan warga desa sebagai media menguatkan silahturahim antar warga yang selama ini sering disibukkan dengan aktifitas mereka sehari-hari.

Ketika gerhana matahari 90%, warga berkumpul dirumah sesepuh mulai menyalakan obor yang dipasang mengelilingi halaman.

Selain di Gogodeso, tradisi Kleduk Klenong juga dilakukan oleh masyarakat di desa Genengan, Kecamatan Doko, Blitar.

Baca Juga: Profil Basuki Surodjo si Raja IT yang Jadi Saksi Perjalanan Cinta Lesti dan Billar: Terima Kasih ya Ko

  1. Tari Baroan Rampog

Tarian khas Blitar yang diciptakan oleh Kholam Shiharta, serta tarian tersebut diadaptasikan dari berpaduan tari Barongan dengan tradisi Rampogan Macan yang pernah ada di wilayah Blitar pada abad 18-19an.

Uniknya lagi desainer kostum sosok barong yang digunakan dalam tarian tersebut mengambil dari relief candi penataran, selain itu ditambahi diatas kepala barong dengan hiasan lidi, dimana lidi tersebut menggambarkan tombak dari para prajurit yang melesat menusuk sang macan.

Maha karya anak bangsa tersebut terpilih sebagai juara di Cheonan World Dance Festival 2011 dan Tarian Barong Rampong mampu menembus kancah kesenian dunia, kesenian tersebuta mendapat juara keempat seasia tahun 2011.

Baca Juga: Menikah Dua Kali di Ikatan Cinta, Evan Sanders Pemeran Nino Nyatanya Masih Betah Jomblo Meski Masuk Usia 40an

  1. Tari Emprak

Tari emprak merupakan tarian ngamen dari rumah kerumah dengan sajian unik yang berkemas antara joget, sindenan dan bonang Pola sajiannya beraneka ragam dengan membawakan beberapa lagu atau gending dolana, tayuban, bahkan jaranan.

Namun tari Emprak dimainkan oleh 9-15 orang dan semuanya laki-laki, pementasan tarian ini semalam suntuk diatas lantai dengan gelaran tikar lesehan dan Emprak masa kini bisa dimainkan mulai dari 5 orang wanita.

  1. Tari Reyog Bulkiyo

Merupakan tarian sebagai media untuk latihan perang, seiring dengan perkembangan zaman, kesenian tersebut berfungsi sebagai sarana ritual, hiburan dan seni pertunjukan.

Reyog Bulkiyo merupakan kesenian tari hasil dari pikiran prajurit yang melarikan diri dari kejaran Belanda, kesenian tari ini terdapat di Desa Kemloko Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar, yang dahulu pada tahun 1825 daerah tersebut termasuk dalam Bumi Mancanegara Wetan.

Ciri khas tari Reyog Bulkiyo ini menunjukkan bahwa ada 3 unsur budaya terangkai dalam satu kesenian tari tradisional Reyog Bulkiyo yakni budaya jawa, Islam (Arab) dan Cina.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: Berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah