MEDIA BLITAR - Di tengah situasi pandemi Covid-19 yang semakin tak terkendali, tak banyak usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bisa berhasil bertahan.
Apalagi, dengan situasi ekonomi saat ini, harga bahan makanan semakin naik membuat pelaku UMKM juga ikut menaikkan harga dari biasanya.
Namun, hal itu tak berlaku dengan Syaifudin (35) pedagang nasi goreng asal Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Baca Juga: Dokter Zaidul Akbar Bagikan Resep Nasi Goreng Sehat dengan Bahan yang Mudah Ditemukan
Syaifudin tetap berjualan nasi goreng dengan harga sangat murah meski situasi tak mendukung, apalagi dengan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) saat ini.
Di warung makan itu, menu nasi goreng dijual dengan harga yang tergolong sangat murah mulai dari harga Rp 5.000 per porsi.
Warung nasi goreng ini berada di Desa Pengkol, Kecamatan Tanjunganom, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur.
Dengan harga yang terbilang murah itu, nasi goreng yang disajikan cukup memuaskan yakni dengan tambahan irisan telur, taburan bawang goreng, serta lalapan sayur dan mentimun.
Tidak hanya menu nasi goreng, di sini juga disajikan menu lain seperti yakni mi goreng dengan aneka topping seperti pelo ati, sosis, dan telur.
Harganya juga murah, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 8.000 per porsi. Meski begitu, menu nasi goreng tetap jadi yang paling laris di warung makan milik Syaifudin ini.
Saat ditanya alasan menjual makanan dengan harga murah apalagi di situasi pandemi seperti sekarang ini, Syaifudin menjawab singkat.
“Iya benar. Saya msih ttap (masih tetap) konsisten harga 5000 sebelum masa pandemi. Alhmdllh msh (Alhamdulillah masih) ada untung,” jawab Syaifudin saat dihubungi oleh Media Blitar, Sabtu 7 Agustus 2021.
Salah seorang pelanggan yang bernama Reza (22) mengatakan, nasi goreng super murah yang dijual di warung milik Syaifudin sangat cocok bagi mahasiswa seperti dirinya.
“Sangat murah segini cuma Rp5000 udah dapat nasi goreng yang rasanya tidak kalah enak dari nasi goreng seharga Rp15.000. Porsinya pun banyak banget ini mah kalau dijual dengan harga Rp 10.000 juga laku,” ujar pria asal Tulungagung tersebut saat dihubungi lewat jaringan telepon oleh Media Blitar, Jumat 6 Agustus 2021.
Setiap hari, warung nasi goreng milik Syaifudin ini buka mulai pukul 17.00 WIB hingga tengah malam sampai habis. Namun karena kebijakan PPKM, warungnya hanya bisa buka sampai jam 20.00 WIB saja.
“Ya kesulitannya karena PPKM ini padahal warung nasi goreng saya baru buku jam 17.00 WIB dan harus tutup jam 20.00 WIB,” tambahnya.
Warung nasi gorengnya tersebut bisa menghabiskan 8 kilogram beras setiap harinya. Kini, dalam sehari Syaifudin bisa menjual 50 – 60 porsi.
Menurutnya, jumlah penjualan tersebut termasuk berkurang dari biasanya karena sebelum pandemi dirinya bisa menjual 70 – 80 porsi per hari.
Pandemi Covid-19 telah merusak tatanan kehidupan masyarakat di seluruh belahan dunia, salah satu yang paling terdampak adalah perekonomian.
Namun, kita tak boleh terus larut dalam kesedihan, dari kisah Syaifudin tersebut kita bisa belajar tentang rasa bersyukur dan tak menyerah walaupun di masa-masa sulit seperti sekarang ini.***