Gempa Bumi Laut Selatan Jawa Potensi Tsunami Meningkat, BMKG : Antisipasi Kedatangan Tsunami

7 Oktober 2020, 11:20 WIB
Gempa Bumi Laut Selatan Jawa Potensi Tsunami Meningkat, BMKG : Antisipasi Kedatangan Tsunami /Ontheworldmap/

MEDIA BLITAR – Tiga tahun belakangan ini dimulai tahun 2017 telah terjadi peningkatan gempa bumi yang dapat menyebabkan terjadinya Tsunami di Laut Selatan Jawa.

Gempa bumi sebelum tahun 2017 rata-ratanya hanya 4000-6000 kali dalam setahun, atau yang dirasakan. Oleh karena itu kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika BMKG Dwikorita Karnawati kini telah melaksanakan gladi evakuasi tsunami.

Baca Juga: Fraksi Demokrat Walk Out Saat Pengesahan RUU Cipta Kerja

Setelah tahun 2017 jumlah kejadian gema bumi meningkat lebih menjadi 7000 kali dalam setahun. Bahkan tahun 2018 lalu telah terjadi gempa bumi sebanyak 11.920 kali.

Pada Selasa 6 Oktober 2020, BMKG bersma 24 negara lain serentak melakukan gladi evakuasi tsunami atau IOWave20, latihan mitigasi dan evakuasi dalam menanggulangi sistem peringatan dini tsunami.

Baca Juga: UPDATE Covid-19: Akhirnya Jatim Bebas Zona Merah

Pelaksanaan IOWave20 ini dilaksanakan dua tahun sekali, guna merespon sistem peringatan tsunami. Kegiatan diselenggarakan oleh Inter-government Coordination Group-Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System atau disingkat dengan ICG-IOTWMS-UNESCO. Sebagimana dikutip dari website resmi BMKG Selasa 6 Oktober 2020.

Menurut Kepala BMKG Dwikorita tanda-tanda tsunami seperti gempa bumi ini perlu diwaspadai, karena sebagaian besar tsunami yang terjadi di dunia dipicu oleh gempa bumi.

Baca Juga: Pecah Air Mata Ketika Ceritakan Rafathar, Nagita Slavina: Dia Nggak Pedean Anaknya

Maka dari itu, diperlukan sistem mitigasi gempa bumi dan tsunami mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempa bumi.

“Jadi intinya kita harus waspada dan siap apabila sewaktu-waktu terjadi gempa bumi dan tsunami. Inilah yang membuat kita harus selalu berlatih agar kita terampil cekatan, tidak canggung, tidak panik, dan tahu apa yang harus dilakukan seandainya terjadi gempa bumi dan tsunami,” ucap Dwikorita.

Baca Juga: Wawancara Kursi Kosong, Najwa Shihab Buka Suara di Akun Instagram Pribadinya

Dalam praktekknya Sistem Peringatan Dini dirancang terutama untuk mengantisipasi kejadian gempa bumi Megthrust dengan skenario waktu kedatangan tsunami dalam waktu 20 menit.

“Latihan ini sangat tepat untuk melatih kecepatan kita dan menguji kecepatan dalam merespon peringatan dini, yang sekaligus juga menguji keandalan sistem peringatan dini tersebut,” kata Dwikorita.

Baca Juga: Buka Suara! Inilah Tanggapan Najwa Shihab Usai Dilaporkan ke Polisi oleh Relawan Jokowi

Baca Juga: ShopeePay Perluas Jangkauan ke Lebih dari 500 Outlet Planet Ban

“Apakah WRS New Generation yang baru ini dipasang bisa memberikan informasi yang cepat dan akurat. Apakah sirine yang dipasang di wilayah rawan gempa bumi dan tsunami dalam kondisi yang baik. Dan yang paling penting, apakah petugas di pemerintah daerah misal BPBD atau Pusdalop benar-benar sudah siaga 24 jam dalam menjalankan perintah evakuasi,” sambungnya.

Untuk keberhasilan sistem ini dalam mencegah korban jiwa, kesiapan seluruh pihak baik Pusat serta Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat dalam merespon peringatan dini unruk penyelamatan diri di daerah rawan perlu selalu ditingkatkan, melalui edukasi, juga penyiapan peta, jalur, dan tempat evakuasi memadai.

***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Tags

Terkini

Terpopuler