5 Alasan Utama Dokter Terawan Mantan Menkes Dipecat Permanen dari IDI: Pelanggaran Etika Berat dari 2018-2022

26 Maret 2022, 16:43 WIB
Mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto/ Pikiran Rakyat /

MEDIA BLITAR – Mantan Menteri Kesehatan dokter Terawan Agus Putranto telah resmi dipecat secara permanen dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Lantas apa saja yang menjadi alasan atau melatarbelakangi pemberhentian paksa tersebut? Berikut adalah sederet alasan utamanya.

Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Pusat IDI, Terawan memutuskan untuk memecat Dokter Terawan melakukan promosi Vaksin Nusantara sebelum penelitiannya selesai dilansir dari surat resmi yang terbit per tanggal 8 Februari 2022 lalu.

Surat MKEK tersebut diungkap oleh anggota IDI yang juga epidemiolog dari UI Pandu Riono lewat akun Twitternya pada Sabtu 26 Maret 2022.

Baca Juga: Dipecatnya Menkes Terawan Agus Putranto Berkaitan dengan Penemuan Vaksin Nusantara: Siti Fadilah: Mengganggu

“Kasus Pelanggaran Etika Berat dokter Terawan cukup panjang. Hasil sidang MKEK pada tgl 8 Feb 2022 disampaikan pada @PBIDI kelanjutan hasil MKEK dan Muktamar IDI tahun 2018. Keputusan MKEK tersebut dibahas pada sidang khusus Muktamar IDI XXXI tgl 21-25 Maret 2022,” demikian tulis Pandu dalam keterangan unggahannya itu.

Menyadur dari surat MKEK yang ditunjukan kepada Ketua Umum PB IDI tersebut, berikut alasan mengapa Terawan dipecat:

Pertama, Terawan belum menyerahkan bukti telah menjalankan sanksi etik sesuai SK MKEK tanggal 12 Februari 2018 hingga hari ini.

Baca Juga: Jokowi dan Sinyal Reshuffle, Nama Tiga Menteri Ini Rawan Dikocok Ulang

Kedua, dia melakukan promosi kepada masyarakat luas tentang Vaksin Nusantara sebelum penelitian vaksin tersebut selesai. Keberadaan Vaksin Nusantara memang menjadi perdebatan dan polemik karena ketidakjelasannya.

Ketiga, Terawan bertindak sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Klinik Indonesia (PDSRKI) yang mana badan tersebut dibentuk tanpa melalui prosedur sesuai tatalaksana dan organisasi (ORTALA) IDI dan proses pengesahan di Muktamar IDI.

Keempat, dia menerbitkan Surat Edaran (SE) pada 11 Desember 2021 yang berisikan instruksi "kepada seluruh ketua cabang dan anggota PDSKRI di seluruh Indonesia agar tidak merespons ataupun menghadiri" acara PB IDI.

Baca Juga: Amankan 13 Orang, Polisi Ungkap Kasus Prostitusi Anak di Bawah Umur di Hotel Daerah Cikini

Kelima, Terawan mengajukan permohonan perpindahan keanggotaan dari IDI Cabang Jakarta Pusat ke IDI Cabang Jakarta Barat yang salah satu syaratnya adalah mengisi form mutasi keanggotaan yang berisi pernyataan tentang menjalani sanksi organisasi dan/atau terkena sanksi IDI.

Dokter Terawan kerap kali dikaitkan dengan berbagai kontroversi, berikut adalah kontroversi yang menyelimuti namanya.

Baca Juga: Jelang Bulan Puasa, Masjid Istiqlal Akan Gelar Sholat Tarawih di Bulan Ramadhan, Ini Ketentuannya!

Kontroversi Dokter Terawan: Rumuskan 'Terawan Theory' hingga Sikap ‘Arogan’ dan ‘Anti-Sains’

Selain dikenal sebagai mantan menteri, Dokter Terawan sendiri dikenal karena pernah merumuskan 'Terawan Theory', yakni sebuah teori yang terkait dengan metode 'cuci otak' pada penderita stroke.

Ketika Pandemi COVID-19 mulai merebak, ia bekerja mengevakuasi 188 warga negara Indonesia (WNI) yang terjebak di kapal pesiar Dream World.

Ia juga mendapat kontroversi dari pemulangan dan karantina WNI dari Wuhan karena lokasi karantina terlalu dekat dengan pemukiman penduduk, meskipun pemerintah Indonesia telah meyakinkan warga bahwa WNI yang dipulangkan tidak terinfeksi. Setelah masa karantina 14 hari, seluruh WNI dideklarasikan sehat dan tidak terinfeksi COVID-19.

Baca Juga: Bandung Lautan Api Terjadi pada 24 Maret 1946, Begini Sejarah hingga Kronologi Peristiwa Heroik

Baca Juga: Kolaborasi BPIP dan Pangdam V Brawijaya, Perkuat Kolaborasi Bumikan Pancasila

Terawan juga dikritik karena menyatakan bahwa flu biasa lebih berbahaya daripada COVID-19, dengan menyatakan bahwa flu biasa memiliki jumlah kematian lebih tinggi dari COVID-19.

Terawan juga dikritik karena sikap ‘arogan’ dan ‘anti-sains’ dalam menangani krisis COVID-19 di Indonesia. Menurutnya percuma yang sehat pakai masker, menyalahkan pembeli masker, sebelumnya sempat menyebutkan enjoy aja terkait virus corona, dan pengangkatan duta imunitas corona.

***

Editor: Arini Kumalasari

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler