Terkenal Dibangun dalam 1 Malam, Kisah Tanah Jawa Ungkap Legenda Candi Prambanan Dibuat Pemerintah Kolonial

26 Maret 2021, 08:00 WIB
Kompleks wisata Candi Prambanan /Pixabay.com/Deny Sabri

MEDIA BLITAR – Candi Prambanan dikenal dengan cerita legenda antara Bandung Bondowo dan Roro Jonggrang. Dimana, Bandung Bondowoso memiliki waktu untuk membangun 1000 candi dalam satu malam.

Tapi siapa sangka jika candi-candi yang ada di Indonesia, tak terkecuali Candi Prambanan yang kisahnya, melekat dan mengakar kuat pada elemen masyarakat hingga kini, justru dibangun dalam kurun waktu yang sangat lama.

Sehingga, cerita legenda Candi Prambanan sebenarnya adalah cerita dongeng yang dibuat oleh pemerintah kolonial.

Baca Juga: Digitalisasi Semua Sektor Sampai Keuangan Syariah, Pemerintah Targetkan Jadi Pusat Perekonomian Syariah Dunia

Hari Kurniawan alias Om Hao yang tergabung dalam kelompok Kisah Tanah Jawa dan kerap melakukan invetigasi sejarah, mitos, dan kisah-kisah mistis di tanah jawa, baru-baru ini menyampaikan pandangannya tentang kisah Candi Prambanan.

“Misal kita lihat Prambanan, legenda Bandung Bondowoso dan Roro Jonggrang, ini ciptaan kolonial mas, cerita itu,” ucap Om Hao yang dikutip dari kanal Youtube Deddy Corbuzier.

“Sosok itu nggak ada, karena (untuk membuat) Prambanan itu butuh waktu yang lama, ada jeda waktu yang lama untuk membuatnya,” sambungnya.

Baca Juga: Terkenal Cerita Rakyat Bandung Bondowoso Bangun Candi Prambanan dalam 1 Malam, Ini Telusur Kisah Tanah Jawa

Disampaikan lebih lanjut oleh Om Hao, “Jadi ceritanya gini mas, di era kolonial, jadi Borobudur, Prambanan, waktu terjadi peristiwa besar yang maha pralaya pada abad ke 10-11, beradapan yang ada di tengah ditinggalkan pindah ke timur, dan terjadi erupsi besar gunung Merapi, tertimbun.”

“Ketika Belanda masuk, Rafles masuk itu kan dibangun lagi. Pada abad ke-20, waktu ada renovasi besar-besaran dan restorasi besar-besaran yang dilakukan pemerintah kolonial, tempat ini dipugar istilahnya, tetapi orang-orang dulu, percaya dengan mitos dan mistis,” sambungnya.

Adanya peristiwa di masa lalu itu, membuat beberapa bangunan ditinggalkan dan bersamaan dengan itu, terjadi suatu wabah penyakit. Peristiwa demi peristiwa disangkut pautkan, dan muncullah cerita legenda yang dibuat oleh pemerintah kolonial.

Baca Juga: Akibat Kecelakaan, Seorang Oknum Polisi Terduga Penembak 4 Laskar FPI Meninggal Dunia

“Padahal, waktu candi itu di tinggalkan, itu banyak genangan air dan masa itu, terjadi endemic malaria. Karena ada malaria itu, ketika ada orang masuk ke situ, digigit nyamuk, pulang sakit, demam, lalu belum ketemu obatnya meninggal. Tempat ini kemudian dianggap mistis, karena di sana ada patung, yang (dinilai orang) dikutuk jadi batu. Kemudian cerita itu berkembang, cerita-cerita legenda berkembang, seperti (legenda dari cerita) cinta ditolak lalu bikin candi,” ucap Om Hao.

“Sebenarnya arca yang dimaksud itu (adalah) Durga Mahesa Suramardani. Dan (jaman dulu), pemerintah kolonial, membatasi orang-orang pribumi untuk mendekat, karena mereka ingin explore besar-besaran,” sambungnya, ketika menilik latar belakang pemerintah kolonial menyebarkan cerita pada masa itu.

Hingga akhirnya, cerita legenda 1000 candi dalam satu malam, itu diyakini kebenarannya oleh masyarakat. “Diciptakan legenda pada waktu itu. Kalau boleh dibilang, sosok Roro Jonggrang nya ini ada, tetapi karena diketahui banyak orang waktu itu, dikait-kaitkan (banyak hal), dan cerita itu (disampaikan secara) oral, berbeda-beda (yang disampaikan), akhirnya (diyakini) menjadi benar.”

Baca Juga: Rapat Membahas Pembangunan BTS 4G, Kominfo Semakin Siap Hadirkan Internet di Seluruh Pelosok Negeri

“Jadi cerita, legenda, dongeng rakyat sebenernya,” ucap Om Hao.

Dalam percakapan antara Om Hao dan Deddy, keduanya membenarkan jika masyarakat lebih suka dengan hal-hal yang ajaib dan heboh.

Dan ketika mengingat cerita legenda dari Candi Prambanan, diketahui bahwa cerita yang beredar adalah 1000 candi dibangun satu malam sebelum subuh. Menyikapi cerita rakyat yang beredar. Om Hao menyampaikan, “Sebenarnya itu bentuk penghormatan pada Trimurti, dewa dalam agama Hindu. Kemudian candi-candi yang kecil itu bentuk persembahan dari kelurahan-kelurahan pada waktu itu.”

“Sehingga satu kelurahan membuat satu bangunan candi untuk mengelilingi bangunan induk."

Baca Juga: Piala Menpora 2021: PSIS Semarang Tumbangkan Persikabo 1973

Sementara itu, Deddy mencoba menanyakan, “Jadi dibuat cerita mitos tersebut, bertujuan untuk apa?”

“Salah satunya untuk menguatkan karakter. Kemudian ceritanya untuk menakut-nakuti, karena ketika ditakuti, ‘Oh itu tempat terkutuk, kutukan, dan berbagai macam’, era itu membuat orang takut, dalam artian, takutnya itu bukan karena terintimisadi, tetapi menghormati tempat itu sakral,” ucap Om Hao.

Menilik keberadaan Candi Perambanan, situs ini memang harus dilestarikan dan dirawat agar tetap terjaga oleh masyarakat secara bersama-sama.

***

 

Editor: Arini Kumalasari

Sumber: YouTube Sobat Dosen

Tags

Terkini

Terpopuler