MEDIA BLITAR - Agensi Obat Eropa atau European Medicines Agency (EMA) menyatakan pada Kamis 27 Januari 2022 lalu mengizinkan uji coba Pil anti Covid-19.
Bersumber dari euronews.com, pil buatan Pfizer ini dinamai Paxlovid, pil anti virus pertama yang diizinkan penggunaannya di Uni Eropa.
EMA menyarankan penggunaan pil tersebut untuk menangani pasien Covid-19 berusia dewasa yang tidak membutuhkan bantuan oksigen dan tidak menunjukkan gejala yang semakin parah.
Baca Juga: FK Senica Pamer Jumlah Follower Instagram, Netizen: Jangan Menang Medsos Doang
Pfizer dan BioNTech memulai percobaan vaksin baru khusus varian Omicron untuk mengetahui jika penerima vaksin tersebut membutuhkan bantuan dari pil antiviral ini.
Obat Covid-19 dalam bentuk pil ini sangat dinantikan karena tidak butuh jarum suntik, dan cukup di minum di rumah, kapan saja, hanya dengan segelas air.
Di bulan Desember 2021, Pfizer menyatakan bahwa pil Paxlovid ini mengurangi jumlah pasien yang dirujuk di rumah sakit.
Baca Juga: Nonton Bad and Crazy Episode 12: Aksi Keji Jeong Yun Ho Berlanjut, Buat Ryu Seol dan K Meradang
Angka kematian juga berkurang hingga 90% jika pil ini di berikan beberapa hari setelah gejala Covid-19 Muncul.
EMA mengacu pada hasil studi yang menunjukkan pasien yang di berikan sejumlah dosis Paxlovid dapat mengurangi resiko kematian dan rujukan rumah sakit dalam jumlah signifikan.
Namun, mayoritas pasien dalam studi tersebut adalah penderita Covid-19 varian Delta.
Tetap saja EMA mengklaim jika pengujian laboratorium menunjukkan bahwa Paxlovid tetap efektif menangkal varian Omicron.
Pil Paxlovid ini adalah kombinasi dari molekul PF-07321332, dan antiviral virus HIV Ritonavir, yang dikonsumsi dalam tablet terpisah.
Penelitian membuktikan bahwa Varian Omicron dapat bertahan hidup lebih lama di permukaan kulit dan plastik dibandingkan varian-Varian terdahulu.
Melihat hasil dari berbagai pengujian, EMA menyimpulkan bahwa keuntungan yang didapat dari Paxlovid melebihi resikonya.
Penggunaannya pada masyarakat luas membutuhkan proses perizinan dari Komisi Anggota seluruh Uni Eropa yang memakan waktu berjam-jam bahkan hitungan hari.
Amerika Serikat, Kanada, dan Israel adalah salah satu dari sedikit negara yang sudah memberikan lampu hijau pada obat baru Pfizer ini.***