Pemimpin Gereja di Filipina Perdagangkan Anak untuk Jadi Pelacur, Ngaku ‘Anak Tuhan’ Buat Tipu Orang

- 25 November 2021, 21:48 WIB
Pemimpin Gereja di Filipina Perdagangkan Anak untuk Jadi Pelacur, Ngaku ‘Anak Tuhan’ Buat Tipu Orang/Pexels
Pemimpin Gereja di Filipina Perdagangkan Anak untuk Jadi Pelacur, Ngaku ‘Anak Tuhan’ Buat Tipu Orang/Pexels /

MEDIA BLITAR – Apollo Carreon Quiboloy, seorang pria pemimpin gereja besar yang berbasis di Filipina terancam dihukum atas perbuatannya memaksa beberapa gadis untuk mau berhubungan seks, bahkan ia juga diduga melakukan perdagangan anak guna dijadikan pelacur.

Berkedok agama, ia dan para pejabat tinggi melakukan aksi keji itu, kabarnya ia juga mendapat suntikan dan sokongan dana dari pendonor AS, sebagaimana dilansir dari New York Post oleh MEDIA BLITAR.

Apollo Carreon Quiboloy ternyata menjuluki dirinya sendiri sebagai 'Anak Tuhan', ia adalah pemimpin dan pendiri Kerajaan Yesus Kristus (KOJC), gereja The Name Above Every Name yang cukup besar di Filipina.

Baca Juga: Kasus Penculikan dan Pelecehan Seksual atas Oknum Polisi Inggris, Kepolisian Metropolitan: Muak, Marah, Hancur

Bersama dengan beberapa administratornya yang berbasis di Los Angeles, ia berkonspirasi untuk terlibat dalam perdagangan seks dengan kekerasan, penipuan, dan paksaan dan perdagangan seks anak.

Terbaru, dilansir dari Insider, pengadilan menuduh Quiboloy dan dua administrator lainnya merekrut perempuan dari usia 12 hingga 25 tahun sebagai asisten pribadi yang disebut “pastoral”.

Total anak yang menjadi korban kekejiannya, yakni lima korban perempuan, tiga di bawah umur, yang direkrut mulai tahun 2002 hingga setidaknya 2018.

Baca Juga: Salah Guna Jabatan Perwira Inggris, Makan Korban Perempuan dalam Kasus Pelecehan Seksual hingga Pembunuhan

Tugas mereka adalah memasak dan bersih-bersih, memberi pijatan serta berhubungan seks dengannya dalam “tugas malam”. KOJC mengklaim memiliki jutaan anggota di Filipina dan jutaan lainnya di negara lain.

“Terdakwa Quiboloy dan administrator KOJC lainnya mengatakan kepada pastoral bahwa melakukan 'tugas malam' adalah 'kehendak Tuhan' dan hak istimewa, serta demonstrasi yang diperlukan dari komitmen pastoral untuk memberikan tubuhnya kepada terdakwa sebagai 'Anak Tuhan yang Ditunjuk'”.

Halaman:

Editor: Farra Fadila


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x