Berdalih Tak Mau Perang, Israel Siap Siaga Menantang 2000 Roket Sehari dari Hizbullah Lebanon

18 Oktober 2021, 18:05 WIB
Ilustrasi, Berdalih Tak Mau Perang, Israel Siap Siaga Menantang 2000 Roket Sehari dari Hizbullah Lebanon /Pixabay

MEDIA BLITAR - Hubungan antara Israel dengan Hizbullah Lebanon kian memanas. Meskipun kemungkinan perang pecah bisa saja terjadi. Pihak Israel mengungkapkan keinginannya untuk tidak berperang melawan Hizbullah.

Hal tersebut diungkapkan salah satu pejabat militer Israel, bahwa mereka siap melawan sekitar 2.000 roket sehari yang dikirim oleh Hizbullah di Lebanon, apabila konflik perang benar-benar terjadi.

Pada bulan Mei 2021, para tentara Israel telah berperang melawan pihak kelompok Hamas DI Jalur Gaza selama 11 hari perlawanan. Tidak hanya itu, Israel juga harus menahan serangan sekitar 4.400 proyektil yang diluncurkan oleh kelompok Hamas.

Baca Juga: Israel Tuduh Iran Rencanakan Serangan Siprus, setelah Tersangka Ditangkap

Israel menerangkan sistem ketahanan Iron Dome-nya berhasil mengatasi sekitar 90 persen roket yang mengarah pada wilayah berpenduduk. Sedangkan, roket lain sejumlah hampir 300 telah menghantam distrik berpenghuni.

Tentara Israel juga menjelaskan, tingkat tembakan roket yang diluncurkan saat perang pecah antara Israel dengan Hizbullah pada tahun 2006 berjumlah sama dalam kurun waktu satu bulan.

Baca Juga: Pesawat Israel Serang Kawasan Peluncuran Roket di Lebanon

Uri Gordin, Kepala Komando Home Front mengungkapkan, kota-kota lain seperti Tel Aviv maupun Ashdod memperoleh kisaran jumlah tembakan paling tinggi dalam sejarah konflik Israel.

 “Kami melihat kecepatan lebih dari 400 roket ditembakkan ke Israel setiap hari," katanya, dilansir Media Blitar dari Al-Arabiya.

Peperangan antara Israel dengan Hizbullah diperkirakan akan terjadi sebanyak lebih dari lima kali dibandingkan jumlah roket yang sudah meluncur dari Lebanon menuju Israel tiap harinya.

Dia mengungkapkan pada dasarnya mereka menemukan sebanyak 1.500 hingga 2.500 roket ditujukkan pada Israel setiap harinya.

Baca Juga: Israel Melihat Penurunan Perlindungan Vaksin Pfizer Terhadap Infeksi

Konflik berkepanjangan membuat Israel harus membentuk Komando Home Front pada tahun 1992 setelah terjadi Perang Teluk Pertama. Maka dari itu, Gordin memiliki tugas sekaligus tanggung jawab atas pertahanan sipil.

Tanggung jawab tersebut berhubungan erat dengan persiapan sekaligus perlindungan terhadap negara apabila terjadi konflik, bencana maupun ancaman.

Unit tersebut juga sempat mendapatkan kritikan lantaran tindakannya dalam pecah perang antara Israel dan Hizbullah menewaskan sekitar 1200 warga Lebanon pada tahun 2006. Bahkan, mayoritas korban merupakan warga sipil dan 160 warga Israel mayoritas adalah tentara.

Gordin mengungkapkan perang yang sudah terjadi bertahun-tahun tersebut adalah ‘seruan membangun’ bagi Komando Home Front Dalam Negeri. Sejak perang itulah pihaknya telah mampu meningkatkan unit penghubung.

Baca Juga: Ledakan Kembali Terjadi, Kini Kebakaran Hebat di Pelabuhan Beirut, Lebanon

Komando Home Front memakai teknologi komputer untuk memperkirakan lintasan roket saat dilakukan peluncuran. Tidak hanya itu, mereka juga memberikan himbauan kepada masyarakat dalam jangkauan tertentu untuk segera pergi ke tempat  perlindungan agar terhindar dari bom.

Layanan darurat tersebut memberikan kemungkinan saat mereka harus menghadapi kejadian selama kurang dari lima menit ketika pecah perang terjadi  pada Mei 2021.

Gordin mengungkapan bahwa persiapan untuk konflik di bagian perbatasan dengan Lebanon sudah dilakukan matang.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: Al Arabiya

Tags

Terkini

Terpopuler