Sentil Aparat, Gejayan Memanggil Menantang Seniman Jalanan Berpartisipasi dalam Lomba Mural Dibungkam

- 27 Agustus 2021, 12:56 WIB
Sentil Aparat, Gejayan Memanggil Menantang Seniman Jalanan Berpartisipasi dalam Lomba Mural Dibungkam
Sentil Aparat, Gejayan Memanggil Menantang Seniman Jalanan Berpartisipasi dalam Lomba Mural Dibungkam / Instagram/@gejayanmemanggil

MEDIA BLITAR – Kritik dan aspirasi adalah salah satu hak setiap orang di negara demokrasi salah satu cara mengutarakan pendapat, yakni lewat seni mural. Namun, baru-baru ini santer terdengar penghapusan mural bernada kritik  terhadap pemerintah dibungkam.

Aparat kepolisian dan satuan polisi pamong praja mengecat ulang semua tembok yang menjadi medium karya seni jalanan itu, bahkan tak jarang mereka mencari siapa gerangan seniman jalanan yang melakukan aksi tersebut.

Sentil aparat, akun media sosial Gejayan Memanggil menantang para seniman jalanan untuk berpartisipasi dalam ‘Lomba Mural Dibungkam’.

Kabarnya, karya seni paling dulu dihapus pemerintah akan mendapat penilaian serta hadiah dari Gejayan Memanggil.

Baca Juga: Sering Terima Kritik Soal Alur Cerita Ikatan Cinta, Begini Curhatan dan PR sang Penulis Naskah

‘Lomba Mural Dibungkam’ ini masih berlangsung hingga saat ini, nantinya lomba ini akan berakhir pada Selasa 31 Agustus 2021.

Setiap orang memiliki cara sendiri dalam mengutarakan kritik dan aspirasi mereka. Kemerdekaan mengemukakan pendapat adalah hak setiap orang.

Pengutaraan itu bisa lewat apa saja, berupa pemikirannya atau gagasan. Bahkan, hal ini telah dijamin oleh Pancasila, UUD 1945, dan Deklarasi Universal HAM dunia.

Setiap orang memiliki hak dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat di muka umum. Salah satu cara mengutarakan pendapat bisa menggunakan seni, termasuk mural.

Baru-baru ini ramai soal kritik maupun kegelisahan masyarakat yang diutarakan lewat seni, seperti mural, graffiti, stensil, hingga coretan vandal yang dijabarkan lewat medium tembok.

Baca Juga: dr Tirta Kritik Sertifikasi Vaksin Sebagai Syarat Penerbangan Tidak Efektif, Ini Penjelasannya!

Namun, tak jarang kritik dan luapan ini membuat beberapa pihak merasa tersinggung atas isi konten yang ditulis atau digambar.

Alhasil, aparat kepolisian atau pemerintah membredel dan menghapus luapan dan isi hati masyarakat.

Seakan-akan mayarakat tak boleh sedih, tak boleh meluapkan isi hati dan pendapat yang selama ini mereka pendam.

Pengumuman lomba ini telah dibuka di akun Instagram @gejayanmemanggil, Senin 23 Agustus 2021 dan akan berakhir pada Selasa 31 Agustus 2021 nanti.

LOMBA DIBUNGKAM

Menggambar adalah kebudayaan bagi setiap anak dan kebiasaan orang dewasa (penguasa) menghapusnya!” tulis admin Instagram @gejayanmemanggil dilansir oleh MEDIA BLITAR.

Baca Juga: China Kritik NBC Siarkan ‘Peta Tak Lengkap’ pada Upacara Pembukaan Olimpiade Tokyo 2020

Mural-mural bernada kritis layaknya yang beredar akhir-akhir ini sebenarnya telah ada dan ditemukan sejak zaman Kolonial Belanda di Indonesia puluhan tahun lalu.

Pada saat itu, Mural jadi salah satu senjata ampuh masyarakat yang terjajah dan lemah untuk mendorong semangat kemerdekaan.

Tapi belakangan ini, seni mengungkapkan pendapat ini seakan dibungkam oleh elit politik dan aparat kepolisian.

Salah satu mural yang sempat viral dan dihapus oleh polisi adalah Mural 'Tuhan Aku Lapar'.

Kasus penghapusan ini adalah kasus pembredelan mural pertama yang terjadi di daerah Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.

Kapolsek Tigaraksa Kompol Rudi Supriadi menerangkan bahwa pihaknya memahami pembuatan mural tersebut hanya untuk untuk menyampaikan aspirasi lewat medium seni coretan di tembok.

Baca Juga: Selama PPKM Diberlakukan Mahfud MD Memberikan Kritik Ikatan Cinta, Salah Satunya Tentang Pemahaman Hukum

Rudi Supriadi mengklaim telah mendatangi kediaman pembuat mural dan memberikan bantuan sembako.

“Iya betul. Itu Jumat malam udah kita hapus, petugas dari kita ketika tahu ada mural itu langsung dihapus,” paparnya, Senin 26 Juli 2021.

Menurut admin ‘Gejayan Memanggil’ tujuan lomba ini diadakan demi menghidupkan semangat revolusi dan juga menyikapi tindakan semena-mena pemerintah yang terlalu responsif terhadap coretan-coretan di dinding.

Aksi pemberontakan adalah respon di mana suara-suara rakyat tak lagi didengar. Begitu pun mural, ia adalah representasi dari perasaan rakyat yang tidak diberitakan bahkan mereka hilangkan karena mereka tidak senang melihat rakyat punya kesadaran! Beritakan, tag teman-teman kalian Suarakan, Lawan! #lombadibungkam #muralindonesia #gejayanmemanggil,” tulis admin Gejayan Memanggil.***

Editor: Farra Fadila

Sumber: Instagram @gejayanmemanggil


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah