Viral ‘Mati Corona ala Madura’ Kemenkes Tegaskan Satgas Covid-19 Edukasi Warga Setempat

- 2 Agustus 2021, 10:22 WIB
Ilustrasi  ‘Mati Corona ala Madura’ Kemenkes Tegaskan Satgas Covid-19 Edukasi Warga Setempat
Ilustrasi ‘Mati Corona ala Madura’ Kemenkes Tegaskan Satgas Covid-19 Edukasi Warga Setempat /instagram.com/@kemenag_ri

MEDIA BLITAR – Lagi heboh cuitan ‘mati Corona ala Madura’ viral di media sosial. Kemenkes imbau Satgas Covid-19 daerah segera menangani hal tersebut.

Cuitan ‘mati Corona ala Madura’ diketahui berisi tulisan dari Firman Syah Ali yang mengatakan kondisi Pamekasan seperti normal dalam status PPKM level 3, padahal pandemi Covid-19 kini sedang meningkat.

Menurut Firman, warga Pamekasan tetap menjalankan kegiatan atau aktivitas normal seperti biasanya selama PPKM level 3-4.

Bahkan, Firman mengaku banyak warga Pamekasan yang menggelar hajatan selama PPKM level 3-4 berlangsung.

Baca Juga: Bencana Alam Banjir Bandang di China Disebut Azab Gegara Sebarkan Virus Corona

"Paling banyak itu hajatan luar biasa, ndak ada itu prokes juga, dan ya herannya gak ditegur. Meski begitu, warga itu sebenarnya percaya Corona, tapi gak mau sampai selalu dipikir," terangnya.

Sementara itu, Firman mengaku menerima himbauan dari Ketua DPRD Pamekasan agar tidak menyiarkan kematian warganya melalui Toa Masjid.

Hal ini dilakukan untuk menjaga kondisi psikis warga Pamekasan tidak terganggu.

Melihat fenomena ‘mati Corona ala Madura’ membuat Siti Nadia Tarmizi selaku juru bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan RI buka suara.

Baca Juga: Ternyata ini Alasan Mengapa Anda Belum Terpapar Virus Corona atau Covid-19, dr Tirta: 3 Sebab

"Tentunya menjadi tugas satgas provinsi dan kabupaten/kota untuk meningkatkan edukasi dan sosialisasi termasuk penerapan prokes yang ketat, 3T dan vaksinasi sebagai bagian upaya bersama dalam penanganan pandemi COVID-19," terang Siti Nadia dilansir dari Antara.

"Kita ketahui masyarakat masih ada yang tidak percaya adanya COVID-19 dikarenakan berita hoax ataupun tidak mendapatkan informasi yang benar,” tambahnya.

"Ini penting jangan kita menjadi bahaya sebagai sumber penularan untuk org lain/warga lainnya yang sudah berusaha mencegah tertular dari COVID-19," Siti Nadia.

Baca Juga: 7 Obat Covid-19 Ampuh Redakan Gejala Terpapar Virus Corona Ala Adelia Istri Pasha Ungu, Pasti Plong

Berikut ini isi cuitan ‘mati Corona ala Madura’:

Akhir-akhir ini banyak sekali orang meninggal dunia di Madura, diantara mereka ada saudara, tetangga, teman sekolah bahkan mantan saya. Berita-berita kematian itu sebagian saya dengar sendiri secara langsung melalui pengeras suara Masjid, sebagian melalui cerita tamu selama saya menjalani Isolasi Mandiri, namun sebagian besar saya baca di media sosial.

Selama saya menjalani isolasi mandiri, saya sama sekali tidak keluar rumah, saya berada di kompleks tanean lanjang Bani Hasyim Dusun Seccang, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kab Pamekasan. Begitu saya selesai Isolasi Mandiri barulah saya keluar rumah.

Begitu keluar rumah saya kaget melihat aktivitas warga normal seperti biasa, padahal berita duka terus bertalu-talu dari ujung ke ujung. Pasar Blumbungan tetap ramai bahkan macet, orang-orang santai ceria tanpa masker, tukang amal masjid teriak-teriak dengan kalimat-kalimat yang lucu.

Belok kiri ke arah Aeng Pennay saya jumpai banyak rombongan mantenan tanpa masker, sebagian diantaranya naik pick up bak terbuka penuh sesak juga tanpa masker, bergembira ria dalam rombongan mantenan sanak saudaranya itu. Saya main ke rumah sepupu, dia baru datang dari tahlilan.

Saya bertanya "sakit apa yang kamu tahlili itu?", dengan santai dia jawab "yaa sakit yang sekarang ini". Buahahaha istilahnya bukan corona kalau di Madura, tapi "penyakit yang sekarang ini".

Mereka ya tidak dilaporkan ke puskesmas, dimandikan biasa, disholati dan ditahlili biasa, sehingga tidak masuk data resmi korban Corona di Kabupaten setempat. Begitu usai tahlilan biasanya beberapa tetangga dan keluarga almarhum menyusul meninggal dunia, namun tetap saja tidak disebut corona, mereka disebut mati kena penyakit yang sekarang ini.

Bahkan ada yang lebih ekstrim lagi, disebut mati sesak nafas, mati capo' cap (influenza) dan banyak lagi istilah lainnya, yang intinya orang madura menghindari istilah Corona yang dengan sendirinya menghindari protokol Covid-19 terhadap jenazah keluarga/tetangganya.

Bahkan yang terbaru di Pamekasan muncul tradisi baru, yaitu menghentikan siaran berita duka melalui pengeras suara. Bahkan di beberapa grup WA masyarakat Madura saya dimusuhi dan dimarahi ramai-ramai gara-gara selalu posting berita duka, padahal orang yang saya posting berita dukanya itu merupakan orang-orang yang mereka kenal juga.

Akhirnya saya berpikiran jangan-jangan ini cara orang madura untuk melindungi dirinya dari serangan pembunuh imun. Mereka tidak mau imun mereka runtuh terkapar gara-gara dengar nama corona, protokol kesehatan dan berita duka. Mereka ingin anggap itu semua tidak ada. Atau ini mungkin cara mencapai Herd Immunity alami ala Madura? Wallahu a'lam.

Ya seperti dalam semua peristiwa lainnya, orang madura selalu punya cara sendiri. Saat saya menulis artikel ini, saya sedang duduk santai di rumah sepupu sambil mendengarkan musik dangdut dari tetangganya yang sedang hajatan mantenan.

Undangannya banyak sekali, satupun tidak ada yang mengenakan masker dan jaga jarak. Padahal baru saja tetangga shohibul hajat meninggal dunia akibat "penyakit sesak nafas" atau "panyaket se sateyah. Dan itu terjadi dimana-mana bukan hanya di dekat rumah sepupu saya ini.***

Editor: Nur Yasin

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah