Menurut Ustadz Adi Hidayat, hampir seluruh riwayat keutamaan penyembelihan yang berlebihan tidak memiliki kekuatan atau dipandang lemah.
Meskipun melihat bahwa Riwayat keutamaan hewan kurban sebagai kendaraan di akhirat lemah, ada beberapa ulama yang menyebut bahwa bisa jadi Riwayat tersebut tentang ‘kendaraan’ adalah sebuah majas atau kiasan.
Artinya, semakin baik hewan kurban maka semakin besar pahalanya. Jika pahalanya semakin besar maka akan memudahkan kelak di akhirat.
Lebih lanjut, Ustadz Adi Hidayat memberi contoh kisah kurban dua anak Nabi Adam. Pada saat itu, kurban yang diterima oleh Allah SWT adalah kurban yang terbaik.
Baca Juga: Bacaan Niat Puasa Sunnah Tarwiyah dan Arafah Menjelang Hari Raya Idul Adha, Beserta Terjemahannya
Hal ini menjadi contoh agar umat muslim dalam berkurban dengan hewan yang memiliki kualitas terbaik, bukan justru memilih yang paling jelek.
Ustadz Adi Hidayat menutup penjelasan dengan mengingatkan untuk tidak menyandarkan pada riwayat kendaraaan hewan kurban karena hadistnya lemah, bahkan palsu.
Kendati demikian, boleh memaknai 'kendaraaan' sebagai kiasan amal kurban yang kelak mempermudah saat melewati jembatan di akhirat dan memperberat timbangan pahala. Wallahu a’lam.***