Mitos dan Fakta di Grup Emak-Emak Tentang Vaksinasi, Banyak Orang Mati Usai Vaksin COVID-19

26 Agustus 2021, 13:30 WIB
Mitos dan Fakta di Grup Emak-Emak Tentang Vaksinasi, Banyak Orang Mati Usai Vaksin COVID-19 /Pexels/Renato Danyi/

MEDIA BLITAR - Di berbagai media sosial beredar kabar, yang menyebutkan banyaknya data orang yang meninggal dunia akibat vaksin COVID-19.

Konon, akun yang menyebarkan informasi itu mengklaim memiliki banyak bukti bahwa vaksin COVID-19 mempunyai efek samping yang berbahaya.

Mitos dan hoax yang berkaitan dengan vaksin COVID-19 telah menyebar di sejumlah grup-grup media sosial, mirisnya yang paling banyak terindikasi terkena hoax adalah ibu-ibu atau emak-emak.

Baca Juga: Hindari 4 Alasan yang Tidak Diperlukan dalam Mencetak Kartu Vaksinasi Covid-19

Penyebaran mitos medis dan misinformasi bukanlah fenomena baru, tampaknya  hoax telah menjadi masalah yang tak berujung di era media sosial.

Diperparah dengan fakta bahwa literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah, penyebaran berita palsu menjadi semakin tak terkendali.

Berita palsu tampaknya telah berkembang lebih cepat dari sebelum pandemi COVID-19 menyerang dunia.

Baca Juga: 9 Larangan Setelah Vaksinasi Covid-19, Patuhi Jika Tak Ingin Terkena Virus Corona

Penyebab utama hoax lebih cepat menyebar karena fakta bahwa penyakit ini relatif baru, membuat banyak orang mengikuti teori konspirasi dan “fakta” palsu dalam mencari jawaban.

Untuk memerangi penyebaran informasi yang salah, MEDIA BLITAR mencoba meluruskan mitos dan hoax yang tersebar di masyarakat.

Dilansir melalui Healthline oleh MEDIA BLITAR berikut adalah jawaban teori konspirasi dan vaksin banyak orang yang mati usai vaksin COVID-19, yang biasa tersebar di grup emak-emak.

Menurut ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat di Parenting Pod, Elizabeth Beatriz, PhD, klaim ini berasal dari surat yang memberikan informasi yang salah tentang apa yang ada di dalam vaksin.

Baca Juga: Gubernur Jawa Barat Akan Mendirikan Tempat Vaksinasi Covid-19 di Pusat Perbelanjaan

 “Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) nasional menerima dan menganalisis laporan semua masalah kesehatan setelah vaksinasi,” katanya.

“Siapa pun dapat mengirimkan laporan ke VAERS, bahkan masyarakat umum, tetapi laporan ini tidak berarti bahwa vaksin menyebabkan masalah kesehatan yang terdeteksi – termasuk kematian,” lanjutnya.

Sementara VAERS dapat memberikan informasi penting kepada Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan FDA (mengarah ke penyelidikan dan tindakan lebih lanjut bila diperlukan), dapat menyesatkan untuk membaca terlalu banyak laporan tersebut tanpa manfaat konteks atau latar belakang ilmiah.

Apa yang kita ketahui saat ini adalah 600.000 orang telah meninggal karena COVID-19 di Amerika Serikat saja — menjadikan infeksi ini disebut sebagai skenario yang berbahaya.

Namun, berita ini hanya mitos ya. Vaksin sama sekali tidak menyebabkan kematian.

Baca Juga: Beberapa Tips Perlu Diketahui Bagi Anda Yang Sesudah, Sebelum dan Selama Vaksinasi Covid-19

“Ketika kita memvaksinasi jutaan orang di seluruh dunia, sayangnya, banyak dari mereka akan meninggal karena alasan yang tidak terkait dengan respons tubuh mereka terhadap vaksin,” jelas Margaritis.

Selaras dengan itu, menurut hasil penelusuran Tim AIS Kementerian Komunikasi dan Informatika menemukan bahwa tidak benar orang mati karena usai vaksin COVID19.

Hal tersebut dibantah oleh Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari.

“Informasi yang beredar tersebut tidak benar alias hoaks, karena hingga saat ini tidak ada yang meninggal dunia karena vaksin Covid-19,” ujar Hindra Irawan Satari.

Selain itu Hindra juga menegaskan, vaksin Covid-19 tidak memiliki efek samping yang berbahaya.

“Pasalnya, vaksin Covid-19 Sinovac yang digunakan Indonesia berisi virus mati (inactivated),” tegasnya.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: Kominfo

Tags

Terkini

Terpopuler