Mengenal Ant Group, Akankan menjadi Teknologi Besar Dunia Berikutnya?

27 Oktober 2020, 12:17 WIB
Mengenal Ant Group, Akankan menjadi Teknologi Besar Dunia Berikutnya? /www.antgroup.com

MEDIA BLITAR - Salah satu perusahaan teknologi paling berpengaruh di China, raksasa keuangan internet Ant Group, siap mengumpulkan banyak uang dengan menjual sahamnya.

Penjualan tersebut memberi gambaran lain bahwa China sebagai pembangkit tenaga listrik digital. Namun, hal itu juga menunjukkan bahwa dunia teknologi sedang retak.

Perusahaan itu bisa saja memiliki pendapatan lebih banyak dari bank global setelah penjualan sahamnya. Tapi, bisnis tersebut masih sangat terfokus di satu negara saja, China.

Baca Juga: Agar Bantuan PKH Tahap 4 Tidak Kembali ke Kas Negara dan KKS Tidak Diblokir, Lakukan Hal Berikut!

Alih-alih mendaftar di New York, seperti yang dilakukan banyak perusahaan internet China lainnya, Ant malah go public di Hong Kong dan Shanghai.

Dikutip Media Blitar dari nytimes.com, berikut informasi penting tentang perusahaan dan penawaran umum perdana Ant Group

Baca Juga: Syarat & Cara Daftar BPUM BLT UMKM Rp2,4 Juta ke Dinas Koperasi Setempat Sampai Dapat SMS dari BRI

  1. Ant merupakan raksasa teknologi kedua Jack Ma.

Hampir semua orang di seluruh dunia menggunakan internet. Jual-beli sebagian besarpun terjadi di antara orang asing.

Alibaba, grup e-commerce Tiongkok, memiliki ide untuk menumbuhkan kepercayaan. Pada tahun 2003, ia menciptakan layanan bernama Alipay.

Salah satu fiturnya adalah, dengan menahan pembayaran, sampai pembeli memastikan bahwa mereka puas dengan pembelian mereka.

Baca Juga: Hari Ini! Shopee Gajian Sale Hadirkan Gratis Ongkir, Cashback 100%, dan Flash Sale 60RB!

Hal ini memungkinkan, jika barang yang dibeli palsu atau tidak sampai, uang itu akan dikembalikan. Secara tidak langsung, Alipay juga ikut andil dalam membantu Alibaba melebarkan sayapnya.

Jack Ma, salah satu pendiri Alibaba, menjalankan layanan ini pada tahun 2011 sebagai perusahaan terpisah sekaligus memulai perselisihan dengan Yahoo, yang saat itu merupakan investor utama Alibaba.

Saat ini, Alibaba memiliki sepertiga saham di Ant. Meskipun bukan bagian dari manajemen, Jack Ma adalah pemegang saham pengendali Ant.

Pimpinan eksekutif Ant, Eric Jing, dan kepala eksekutif, Simon Hu, saling bekerja selama bertahun-tahun di orbit Alibaba. Kini, Ant memiliki 16.660 karyawan.

Baca Juga: Pastikan Syarat & Cara Terpenuhi Untuk Dapat BSU Rp1,2 Juta BLT BPJS Ketenagakerjaan Gelombang 2

  1. Hidup lebih berbeda menggunakan Alipay.

Ketika orang-orang di seluruh China ingin membayar sesuatu, mereka tidak lagi mengambil dompet, melainkan mengambil ponsel mereka.

Dengan hadirnya Alipay dan aplikasi ponsel cerdas lainnya, pembayaran menggunakan uang tunai merupakan hal yang saat ini jarang ditemui. Karena banyak toko, swalayan, dan restoran di China yang kini menggunakan kode QR untuk pembayaran.

Baca Juga: Pastikan Anda Terdaftar Sebagai Peserta BPJS Untuk Mencairkan BSU Rp1,2 Juta Cek Hanya Disini

  1. Aplikasi ini adalah masalah besar di China?

Alipay memiliki lebih dari 730 juta pengguna bulanan, lebih dari dua kali lipat populasi Amerika Serikat. Sebagai perbandingan, PayPal memiliki 346 juta akun aktif.

Ant menangani lebih dari $17 triliun pembayaran digital di daratan China selama 12 bulan, yang berakhir pada bulan Juni. PayPal mengatakan total volume pembayaran pada 2019 adalah $712 miliar. Ant juga memberikan kredit sekitar $300 miliar kepada konsumen dan usaha kecil.

Baca Juga: Cair Besok! Kuota Belajar Kemendikbud Tahap II Akan Disalurkan, Ketahui Aplikasi yang Bisa Digunakan

Ketika perusahaan go public, nilainya bisa sekitar $310 miliar. Itu akan membuatnya bernilai sebanyak JPMorgan Chase, dan lebih dari Citigroup dan Goldman Sachs.

Alipay juga tidak buruk secara teknologi. Ant mengatakan sistemnya memproses 459.000 pembayaran per detik. Hal itu terjadi pada puncak liburan belanja di China tahun lalu. Visa, sebaliknya, mengatakan dapat menangani 65.000 transaksi per detik.

Pertumbuhan teknologi di China juga terbantu oleh fakta. Bahwa Negeri Tirai Bambu tersebut sebelumnya sangat tertinggal dalam keuangan digital. Hanya sedikit orang yang memiliki kartu kredit. Bank-bank besar yang dikelola pemerintah pun lambat dalam modernisasi.***

 

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: New York Times

Tags

Terkini

Terpopuler