"Berbagai prestasi tersebut menunjukkan bahwa modifikator nasional tidak kalah dengan modifikator luar negeri," tegasnya.
Pandemi virus Covid-19 juga menghantam industri modifikasi. Apalagi beberapa waktu lalu
sebagian besar wilayah di Indonesia menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membuat sejumlah kegiatan masyarakat terbatas.
Hal tersebut malah membuat sebagian masyarakat Indonesia gemar dalam memodifikasi kendaraannya sendiri. Jika dperhatikan, di jalan tidak terlalu sulit menemukan mobil yang sudah mengganti satu atau lebih partnya dengan part aftermarket.
Baca Juga: India Segera Produksi Suzuki Jimny: Miliki Top Speed yang Oke, Katanya Seru Buat Off-Road
Bentuk modifikasinya pun bermacam-macam. Mulai dari hal yang sederhana seperti menempelkan sticker atau mengganti velg, sampai yang rumit seperti mengganti mesin.
Mulai dari yang biayanya ratusan ribu sampai yang mengeluarkan puluhan atau bahkan ratusan juta.
Bahkan biayanya ada yang mencapai harga pembelian satu buah mobil.
Keinginan untuk tampil berbeda dan mengekspresikan gayanya tersendiri merupakan alasan yang umum bagi modifikator. Tentunya ada alasan-alasan spesifik seseorang melakukan modifikasi kendaraan.
Baca Juga: Kenang Memory Masa Kecil, Selebgram Arief Muhammad Pamer Kijang Kapsul Full Original
Bagi sebagian orang, mereka ingin mobil mereka meningkat dari segi performa, seperti lebih cepat, lebih stabil, lebih efektif, lebih ringan, lebih aerodinamis, lebih grip ke jalan, dan lainnya.