Tanggapi Arteria Dahlan, Ridwan Kamil: Sebaiknya Meminta Maaf

20 Januari 2022, 13:11 WIB
Tanggapi Arteria Dahlan, Ridwan Kamil: Sebaiknya Meminta Maaf //instagram @ridwankamil

MEDIA BLITAR - Ridwan Kamil tanggapi pernyataan Arteria Dahlan yang dianggap rasis pada orang Sunda. 

Mengutip Antara News, Arteria Dahlan yang memprotes penggunaan bahasa sunda dalam rapat mendapat himbauan dari gubernur Jawa Barat. 

"Jadi saya mengimbau Pak Arteria Dahlan sebaiknya meminta maaf ya kepada masyarakat Sunda di nusantara ini, tapi kalau tidak dilakukan pasti akan bereskalasi karena sebenarnya orang Sunda itu pemaaf ya, jadi saya berharap itu dilakukan," ujar Ridwan Kamil dalam siaran pers yang diterima di Bandung, Rabu 19 Januari 2022.

Baca Juga: Doni Salmanan Ingin Punya Momongan, Istri Ridwan Kamil: Kenalin dong Istrinya!

Pernyataan anggota DPR tersebut oleh Ridwan Kamil dinilai mengurangi nilai persatuan NKRI. Ridwan pun berupaya mengingatkan Arteria Dahlan secara baik-baik karena orang sunda memiliki sifat yang toleran. 

"Menurut saya kekayaan, keberagaman makanya Pancasila Bhinneka Tunggal Ika itu mewakili semangat itu. Jadi kalau ada yang rasis seperti itu menurut saya harus diingatkan tentunya dengan baik-baik dulu," kata Gubernur Jabar.

Baca Juga: Sukses Jual NFT, Ghozali Everyday ingin Buat Studio Animasi Hingga Diundang Ridwan Kamil

Ridwan Kamil pun mengutarakan penyesalannya atas ujaran Arteria Dahlan yang telah menyinggung para warga Sunda seluruh Indonesia. 

Menurutnya, bahasa indonesia adalah kearifan budaya masyarakat Indonesia sejak ribuan tahun lalu secara turun menurun. 

"Jadi saya menyesalkan statement dari Pak Arteria Dahlan terkait masalah bahasa ya, yang ada ratusan tahun, ribuan tahun menjadi kekayaan Nusantara ini," katanya.

Ridwan Kamil yang akrab disapa Kang Emil, mengaku sering mengucapkan bahasa daerah di tiap sambutannya. 

Baca Juga: Atalia Ridwan Kamil Dituduh Sembunyikan Kasus Pemerkosaan Predator Seks di Cibiru Bandung

Hal itu dilakukan saat melakukan kunjungan di berbagai daerah di Indonesia. 

Ia bertujuan untuk melestarikan bahasa daerah demi generasi masa depan Nusantara. 

"Saya sudah cek ke mana-mana, media bisa buktikan saya kira tidak ada di rapat yang sifatnya formal dari A sampai Z bahasa Sunda. Yang ada itu ucapan selamat pembuka pidato atau penutup pidato atau di tengah-tengah ada celetukan celetukan yang saya kira wajar-wajar saja kan begitu," ujarnya.

"Makanya harus ditanya mana buktinya yang membuat tidak nyaman. Bayangan saya kelihatan tidak seperti yang disampaikan persepsinya seperti itu. Seperti di sini kan saya akhiri 'Matur Suksma' saya ke Aceh saya bilang 'Teurimong Geunaseh' kan begitu, saya ke Jogja kemarin bilang 'Matur Nuwun' Pak Sultan dan sebagainya, itu kan malah keren," ungkap Ridwan Kamil.

Baca Juga: Kronologi Adu Mulut Ibu Arteria Dahlan Versus Anak Jenderal, Maki-maki Bentak dan Ngaku Anak Jenderal TNI

Harapannya, peristiwa ini tidak memicu perdebatan yang ditimbulkan oleh perbedaan. 

Ia menganggap perbedaan harus dilihat sebagai kekayaan dan wujud keberagaman sebagai rahmat para masyarakat Indonesia. 

"Kita ini terbagi dua dalam melihat perbedaan, ada yang melihat perbedaan itu sebagai kekayaan, sebagai rahmat. Saya berharap mayoritas kita melihat perbedaan seperti itu. Ada yang melihat perbedaan sebagai sumber kebencian. Itu yang harus kita lawan," katanya.

Noery Ispandji Firman, selaku Ketua Umum Angkatan Muda Siliwangi (AMS) menyatakan bahwa orang Sunda memiliki sifat pemaaf. 

Baca Juga: Adu Mulut Wanita yang Ngaku Keluarga Jenderal TNI Bintang 3 Maki-maki Ibu Arteria Dahlan Semakin Memanas

Karena itu, Arteria Dahlan diminta olehnya untuk menarik ucapannya itu, dan meminta maaf kepada seluruh orang Sunda. 

"Kami ini bangsa Sunda itu bangsa pemaaf, dan kami hanya meminta Arteria Dahlan menarik ucapannya kemudian maaf kepada warga Sunda, itu saja. Kalau tidak dilakukan saya kira kami akan melangkah ke beliau langsung, mudah-mudahan sadar bahwa ucapan itu tampaknya tidak tepat sebagai seorang politisi maupun wakil rakyat," katanya.

Ia juga berkeyakinan jika kegiatan rapat yang bersifat formal sekalipun, para pejabat pasti cenderung menggunakan bahasa Indonesia dibanding bahasa daerah. 

"Saya juga meyakini tidak ada yang namanya satu instansi rapat pakai berbahasa daerah. Kami menjunjung tinggi kebhinnekaan, kebersamaan persatuan yang di mana kita saling menghargai, toleran," ujar Noery.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler