Produsen Kopi Menjerit, Harga Melejit saat Cuaca Dingin Mengancam Produksi Kopi di Brazil

- 27 Juli 2021, 20:41 WIB
Ilustrasi biji kopi.*
Ilustrasi biji kopi.* /Pixabay.com/Alexas_Fotos

MEDIA BLITAR – Kopi menjadi salah satu komoditi yang digemari di seluruh dunia. Dikabarkan dari Reuters, bahwa harga kopi arabika naik 10% lebih banyak pada Senin, setelah melonjak hampir 20% pekan lalu, ke level tertinggi dalam hampir tujuh tahun, karena cuaca dingin yang tidak biasa mengancam tanaman kopi bagi produsen terbesar dunia, Brasil.

Salju yang cukup ekstrem pekan lalu, merusak sebagian besar ladang di kopi utama Brasil.

Terlebih lagi, pohon kopi sangat sensitif terhadap embun beku, yang dapat menyebabkan kerusakan parah dan bahkan mematikan pohon sepenuhnya. Dan jika sebuah perkebunan perlu menanam kembali pohon, maka hasil produksi akan membutuhkan waktu sekitar tiga tahun untuk bisa panen.

Baca Juga: Tabrakan Maut Sebabkan Mobil Ringsek, Seorang Ibu dan Bayi Perempuannya Tewas Terjepit di Dalamnya

Perkiraan awal dari agen pemasok makanan pemerintah Brasil, Conab mengatakan bahwa salju minggu lalu telah mempengaruhi 150.000 hingga 200.000 hektar, atau sekitar 11% dari total area tanaman arabika negara itu.

"Ini menandai pertama kalinya sejak 1994, negara itu mengalami peristiwa cuaca seperti ini," kata pedagang kopi I & M Smith dalam pembaruan pasar, mengacu pada cuaca beku 20 Juli.

Hal ini membuat kenaikan harga kopi di wilayah tersebut. "Tingkat kerusakan masih belum jelas, namun perkiraan sekarang antara 5,5 juta dan 9 juta (60 kg) kantong, naik dari 2 juta menjadi 3 juta minggu lalu," kata Charles Sargeant, pialang komoditas lunak dan pertanian di Britannia Global Markets.

Baca Juga: Media China Ungkap Dokter Faheem Younus Jadi Selebtwit Indonesia, Mulai Tangani Mitos hingga Susu Kaleng

Sargeant mengacu pada panen Brasil 2022. Di mana produksi yang lebih kecil tahun ini, sebagian besar telah dipanen. Dan produksi yang baik tahun depan di Brasil, dipandang penting untuk menyeimbangkan pasokan global.

Dan kopi arabika berjangka telah meningkat sekitar 35% sejak akhir Juni, meningkatkan prospek bahwa merek-merek besar mungkin harus menaikkan harga dalam beberapa minggu mendatang.

"Selama 12 bulan terakhir kami telah melihat kenaikan tajam dalam bahan, pengiriman dan biaya lainnya, yang akan mengharuskan kami untuk mengambil tindakan yang tepat," JDE Peet's, salah satu perusahaan kopi terbesar di dunia.

Baca Juga: Dokter AS, Faheem Younus Apresiasi Penurunan Angka Covid-19 di Indonesia, Tapi Tegaskan Hal Ini

"Secara historis, fluktuasi harga kopi hijau yang signifikan telah tercermin di pasar dan kami berharap preseden itu akan terus berlanjut," sambungnya.

Sementara itu, Starbucks dan Nestle, yang juga merupakan salah satu pengolah dan pengecer kopi terbesar di dunia, menolak permintaan untuk komentar soal kemungkinan dampak terhadap industri dan prospek berkurangnya ketersediaan pada musim depan.

Kondisi ini, membuat pedagang yang lebih kecil pasti akan menderita, sementara konsumen dituntut untuk membayar lebih karena keadaan.

"Kami hanya memiliki stok hingga September. Kami sudah menaikkan harga tiga kali tahun ini, mengikuti pergerakan pasar, tetapi situasinya tetap sulit," kata Luciane Carneiro Mendes, mitra di Cafe Carneiro, pemanggang roti kecil di Brasil.

***

Editor: Arini Kumalasari

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah