Baca Juga: Momen Lucu Rose BLACKPINK di Konser Born Pink Hari Pertama, Blink: Dan Dancernya Multifungsi
Melansir dari nationaltoday.com. Pada tahun 1968, seorang jurnalis Amerika bernama John P. Harris menulis sebuah tajuk rencana yang menyoroti kurangnya keseimbangan dalam sistem Soviet, yang mempromosikan Hari Perempuan Internasional untuk pekerja perempuan tetapi gagal menghadirkan mitra laki-laki.
Harris menyatakan bahwa meskipun dia setuju harus ada hari untuk merayakan wanita, hari itu dianggap sebagai cacat dalam sistem komunis.
Pada awal 1990-an Thomas Oaster, direktur Pusat Studi Pria Missouri, mengundang organisasi di AS, Australia, dan Malta untuk mengadakan acara kecil Hari Pria Internasional selama bulan Februari.
Baca Juga: Intip Artis Indonesia yang Meriahkan Konser Born Pink BLACKPINK 2023 di Jakarta, Ada Siapa Saja?
Oaster berhasil menyelenggarakan acara ini selama dua tahun, tetapi usahanya pada tahun 1995 kurang dihadiri. Putus asa, dia menghentikan rencana untuk melanjutkan fungsinya.
Australia mengikutinya, menjadikan Malta satu-satunya negara yang terus merayakan peringatan tersebut.
Pada tahun 1999 Trinidad dan Tobago, hari itu dihidupkan kembali oleh Jerome Teelucksingh dari Universitas Hindia Barat.
Dia menyadari bahwa meskipun ada hari untuk ayah, tidak ada hari untuk merayakan laki-laki yang tidak memiliki anak, atau laki-laki dan remaja.