Namun, perlahan tradisi tersebut diubah secara simbolis pada abad ke 15 hingga 16 oleh Sunan Kalijaga, salah satu dari 9 wali yang menyebarkan agama islam di Pulau Jawa.
Hal tersebut lantaran masyarakat pada zaman tersebut mayoritas masih memegang tradisi, sehingga Sunan Kalijaga berusaha untuk memadukan antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal.
Hal ini bertujuan agar agama Islam dapat diterima oleh masyarakat dengan mudah.Maka dari itu, Sang sunan menjadikan ketupat sebagai simbol permohonan maaf yang bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.
Menurut Indonesia Travel, pemakaian kata ketupat bersamaan dengan pengenalan kata ba’da di Pulau Jawa. Kata tersebut dibagi menjadi dua yakni, ba’da Kupat dan ba’da Lebaran.
Maksud ba’da Lebaran artinya kegiatan Idul Fitri seperti salat yang dilanjutkan dengan tradisi saling berkunjung ke tetangga maupun saudara untuk menjalin silaturahmi.
Baca Juga: Pesona Lukman Juara 1 Hafiz Indonesia 2022, Ini Profil dan Biodatanya
Sementara, ba’da Kupat adalah budaya membuat ketupat dengan membagikannya kepada sanak keluarga maupun tetangga setelah hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada hari kedelapan.
Makna dan Filosofi Ketupat Menurut Sunan Kalijaga
Tidak hanya berhubungan dengan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, ketupat juga mempunyai makna sekaligus filosofi.