Apa Itu Malam 1 Suro, Makna, Sejarah, Tradisi Perayaannya: Kapan Malam 1 Suro 2022 Jatuh Tanggal Berapa?

29 Juli 2022, 10:11 WIB
Apa Itu Malam 1 Suro, Makna, Sejarah, Tradisi Perayaannya: Kapan Malam 1 Suro 2022 Jatuh Tanggal Berapa? /Pexels/Roberto Nickson

MEDIA BLITAR – Malam 1 suro dalam tradisi Jawa merupakan malam yang dianggap sakral. Malam 1 Suro memang diidentikkan dengan malam yang penuh hal mistis dan klenik. Bahkan ada larangan-larangan tertentu yang tidak diperbolehkan saat malam 1 suro ini sedang berlangsung.

Di artikel ini akan membahas tentang apa itu malam 1 suro, makna, sejarah, tradisi perayaannya: kapan malam 1 suro 2022 tanggal berapa.

Istilah Suro adalah penyebutan yang berasal dari 'Asyura (bahasa Arab) yang berarti kesepuluh. Suro kemudian menjadi bulan permulaan hitungan dalam takwim Jawa.

Baca Juga: Update Kasus Penembakan Brigadir J: Tersangka Belum Ditetapkan, Ini Penjelasan Kompolnas

Sementara Suro dipahami oleh masyarakat Islam sebagai bulan Muharram. Bagi umat Islam, bulan Muharram termasuk salah satu bulan suci, di mana oleh Rasulullah, umat Islam diperintahkan untuk berintrospeksi diri (muhasabah), baik untuk tahun yang telah lewat maupun tahun yang akan datang.

Ritual mujahadah, doa, bersedekah dalam tradisi Jawa termasuk selamatan, kenduri, bertapa, dan sejenisnya memiliki akar tegas dalam tradisi keberagaman Islam yang bercorak Jawa, dikutip dari Uin Malang.

Semantara itu, bagi masyarakat jawa banyak mitos yang mengiringi malam 1 Suro ini dan dianggap membawa petaka atau kesialan jika dilanggar.

Baca Juga: BERUBAH LAGI Jadwal PSIS Semarang vs Arema FC Hari Sabtu 30 Juli Liga 1 Indonesia 2022-2023 Jam Kick Off Maju

Di akhir penghujung bulan Juli 2022, ini banyak orang yang bertanya-tanya mengapa malam 1 disebut-sebut mistis.

Jika merujuk pada penanggalan Hijriah, 1 Muharram akan jatuh pada tanggal 31 Juli 2022. Maka malam 1 Suro akan diperingati pada malam hari pada tanggal 31 Juli 2022.

Bulan Suro kali ini jatuh pada tanggal 30 Juli 2022 yang jatuh pada pasaran Sabtu Pahing. Namun, karena bulan suro jatuh pada pasaran Sabtu Pahing, sehingga malam perayaan 1 Suro akan berlangsung pada Jumat Legi malam harinya.

Baca Juga: Amalan 1 Muharram 1444 H atau Bulan Suro, Lengkap Doa Awal Akhir Tahun Baru Islam

Meskipun Malam 1 Suro 2022 di rayakan pada hari Jumat Legi malam harinya, Namun dalam hitungan Jawa perayaan malam 1 Suro tersebut sudah masuk pada hari Sabtu Pahing karena sudah memasuki waktu magrib.

Malam 1 Suro merupakan awal bulan atau pembuka bulan pertama Tahun Baru dalam kalender Jawa yang bertepatan dengan 1 Muharram. Dalam penanggalan Jawa, pergantian bulan dihitung berdasarkan dengan penggabungan kalender lunar (Islam), kalender matahari (masehi) dan juga Hindu.

Menurut Dr. HM. Zainuddin, MA Wakil Rektor Universitas Islam Maulana Malik Ibrahim mengatakan istilah suro berasal dari ‘asyura (bahasa Arab) yang berarti kesepuluh (maksudnya tanggal 10 bulan suro).

Baca Juga: Prediksi BRI Liga 1 RANS vs PSS Sleman, Jumat 29 Juli: Line Up, Statistik, H2H, Tayang di TV Mana?

“Istilah itu kemudian dijadikan sebagai bulan permulaan hitungan dalam takwim jawa,” tulis Zainuddin dilansir dari situs UIN oleh Media Blitar, 19 Juli 2022.

Sementara itu jika ditinjau dari agama Islam, istilah suro sebagaimana telah diketahui oleh mayoritas masyarakat Islam, adalah bulan Muharram.

Muharram adalah bulan yang telah lama dikenal sejak pra Islam. Kemudian di zaman Nabi hingga Umar Ibnu Khattab diresmikan sebagai penanggalan tetap Islam.

Berdasarkan pengertian etimologisnya Muharam berarti bulan yang diutamakan dan dimuliakan. Makna itu tak terlepas dari realitas empirik dan simbolik yang melekat pada bulan itu.

Baca Juga: Malam 1 Suro: Pantangan dan Larangan Bagi Masyarakat Jawa di Malam 1 Suro 2022: Cek 4 Weton Diincar Sengkolo

Sejarah Malam 1 Suro

Istilah malam 1 Suro adalah nama lain dari malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriah. Penanggalan Jawa dan kalender Hijriah memiliki korelasi dekat, khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Penanggalan Hijriah memang di awali bulan Muharam, yang oleh Sultan Agung dinamai bulan Suro.

Saat itu, Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Ia kemudian menggabungkannya dengan penanggalan Hijriah. Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriah pergerakan Bulan.

Baca Juga: PREDIKSI SKOR RANS Nusantara Vs PSS Sleman Liga 1, Peluang Line Up, Jam Kick-off, Live TV Indosiar

Kalender Hijriah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat. Sedangkan kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Sultan Agung ingin mempersatukan masyarakat Jawa yang pada waktu itu agak terpecah antara kaum Abangan (Kejawen) dan Putihan (Islam).

Dalam kepercayaan Kejawen, bulan Suro memang dianggap istimewa. Penganut Kejawen percaya bulan tersebut merupakan bulan kedatangan Aji Saka ke Pulau Jawa.

Aji Saka kemudian membebaskan rakyat Jawa dari cengkeraman mahluk gaib raksasa. Selain itu bulan ini juga dipercayai sebagai bulan kelahiran huruf Jawa.

Baca Juga: Tidak Banyak yang Tahu! Berikut Dampak Buruk Mencabut Uban Menurut Ahli, Dapat Timbulkan Kebotakan?

Bagi muslim Jawa, bulan Suro merupakan salah satu bulan keramat, menurut buku Misteri bulan Suro: perspektif Islam Jawa oleh Muhammad Sholikhin.

Di samping karena pengaruh Islam, Suro dianggap keramat karena secara tradisi masyarakat Jawa merupakan bulan penentu perjalanan hidup.

Sehingga, bagi masyarakat muslim Jawa, pada bulan tersebut disarankan untuk meninggalkan berbagai perayaan duniari untuk menyatukan sedulur papat lima pancer, dan fokus kepada Allah.

Bagi masyarakat muslim Jawa, ritualitas sebagai wujud pengabdian dan ketulusan penyembahan kepada Allah.

Baca Juga: PREDIKSI SKOR Man City Vs Liverpool Community Shield 2022, Jadwal Kick-off, Peluang Susunan Pemain

Sebagian ritual ini diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol ritual yang merupakan ekspresi pengejawantahan dari penghayatan dan pemahaman akan "Realitas Yang Tak Terjangkau", sehingga menjadi "Yang Sangat Dekat".

Masyarakat Jawa menggunakan simbol-simbol ritual untuk menyatu dengan Tuhan. Simbol ritual dipahami sebagai perwujudan maksud dirinya sebagai manusia merupakan tajalli, atau bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan.

Simbol-simbol ritual tersebut di antaranya adalah ubarampe (piranti dalam bentuk makanan), yang disajikan dalam ritual selamatan (wilujengan), ruwatan, dan sebagainya.

Hal itu merupakan aktualisasi dari pikiran, keinginan, dan perasaan pelaku untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

Baca Juga: Video Syur Diduga Arditho Pramono Tersebar di Media Sosial Hingga Trending Topik Twitter

Upaya pendekatan diri melalui ritual sedekahan, kenduri, selamatan, dan sejenisnya tersebut merupakan bentuk akumulasi budaya yang bersifat abstrak.

Hal itu terkadang juga dimaksudkan sebagai upaya negosiasi spiritual sehingga segal ahal gaib yang diyakini berada di atas manusia tidak akan menyentuhnya secara negatif.

Sebagian dari simbol-simbol ritual dan simbol spiritual yang diaktualisasikan oleh masyarakat Jawa mengandung pengaruh asimilasi antara Hindu-Jawa, Budha-Jawa dan Islam-Jawa yang menyatu dalam wacana kultural mistik.

Asimilasi ini juga terdapat pada ritual membakar kemenyan, yang diniatkan sebagai "talining iman, urubing cahya kumara, kukuse ngambah swarga, ingkang nampi Dzat ingkang Maha Kuwaos" (sebagai tali pengikat keimanan. Nyalanya diharapkan sebagai cahaya kumara, asapnya diharapkan sebagai bau-bauan surga, dan agar diterima oleh Tuhan Yang Maha Kuasa).

Baca Juga: Link Live Streaming RANS Nusantara FC Vs PSS Sleman BRI Liga 1 Kikc Off 20.30 WIB

Perayaan Tradisi Jawa

Perayaan malam 1 Suro di Yogyakarta biasanya dilakukan dengan kirab keris dan benda pusaka. Peringatan malam 1 Suro berbeda lagi di Gunung Lawu. Dilansir dari Antara, momentum malam 1 Suro banyak dipenuhi oleh pendaki.

Pada tahun 2019, bahkan tercatat 2.500 orang mendaki Gunung Lawu. Tujuan pendaki ini banyak.

Ada yang ingin liburan dengan mendaki gunung. Namun ada juga yang berencana melakukan ritual Suroan di puncak Gunung Lawu.

Demikianlah penjelasan mengenai apa itu malam 1 suro, makna, sejarah, tradisi perayaannya: kapan malam 1 suro 2022 tanggal berapa?***

Editor: Farra Fadila

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler