Bahaya Terlalu Fanatik Mengidolakan Idol KPop Bagi Kesehatan Psikologis

19 Mei 2022, 13:33 WIB
Bahaya Terlalu Fanatik Mengidolakan Idol KPop Bagi Kesehatan Psikologis /Ramy Muhamad Gufron/PIXABAY/geralt.

MEDIA BLITAR - Korean wave atau gelombang Korea memberi dampak besar bagi dunia hiburan global tak terkecuali Indonesia.

KPop merupakan salah satu produk dari Korean Wave yang begitu digandrungi oleh generasi milenial.

Di Indonesia sendiri penggemar KPop tidak dapat dihitung lagi jumlahnya, alhasil hal tersebut menjadikan ladang bagi Korea untuk memasarkan produk-produk KPop.

Baca Juga: Nonton Lewat HP Timnas Indonesia U23 Vs Thailand Link Live Streaming Semifinal Sepakbola SEA Games 2022

Di tengah gemerlap hingar bingar hiburan Korea terutama KPop, terdapat sisi gelap dibaliknya.

Banyak dari penggemar terlalu mengidolakan Idola mereka dan menimbulkan obsesi, baik karena visual, karya, atau bahkan perjuangan Idol mencapai titik puncak.

Terlalu fanatik mengidolakan seseorang atau Idol ternyata membawa dampak negatif bagi kesehatan psikologis.

 

Melansir PikiranRakyat dari artikel berjudul "Terlalu Fanatik pada Idola Bisa Berefek Negatif bagi Psikologis, Benarkan?" Seorang psikolog di perusahaan konsultan HVS Executive Search, James Houran menyebutkan bahaya terlalu fanatik mengidolakan Idol atau selebritis. 

Baca Juga: Jadwal SEA Games 2022 MLBB Hari Ini 19 Mei 2022, Lengkap dengan Link Live Streaming

"Dalam masyarakat kita, selebritas bertindak seperti narkoba," kata James Houran.

Hal tersebut terjadi karena ketika seseorang terlalu mengidolakan seseorang hormon dopamin yang terdapat pada tubuh akan muncul.

Hormon tersebut timbul akibat perasaan terlalu senang hingga dapat menimbulkan histeris.

Perilaku tersebut bukanlah hal serius apabila tidak memasuki tahap obsesi.

Baca Juga: Perseteruan Safa dan Penggemar NCT di Space Twitter Makin Panas, Begini Kronologinya

Memiliki obsesi kepada seseorang dapat memberikan efek negatif bagi psikologi. Di antaranya adalah kurangnya kreatifitas, terlalu berekspektasi, menghalangi kebahagiaan, dan menguras keuangan.

James Houran menjelaskan tingkat obsesi pada idola atau selebritis hingga menjadikan perilaku adiktif.

Awalnya, orang-orang hanya menikmati beberapa 'karya' dari idola tersebut, selanjutnya orang-orang kemudian mulai memikirkan idolanya terus menerus.

Baca Juga: Jadwal Semifinal SEA Games 2021 Indonesia vs Thailand Main Jam Berapa dan Tayang di TV Mana, Berikut Jadwalnya

Akhirnya, orang tersebut mencapai apa yang disebut dengan tahap 'patologis batas', di mana mereka percaya memiliki hubungan dekat dengan idolanya.

Houran menambahkan, jika seseorang ada di tingkat tersebut, tak heran mereka akan melakukan tindakan ilegal seperti menguntit idola mereka, hingga 'membenarkan' apa yang idolanya lakukan meski salah di mata norma dan hukum.

Psikolog tersebut mengatakan bahwa kepribadian turun berperan dalam mendorong seseorang ke dalam tindakan obsesi berlebihan pada idola.

Baca Juga: Link Live Streaming SEA Games ke-31 Mobile Legends hingga Klasemen Day 1, Siapakah yang Akan Menang?

Orang-orang yang cenderung egosentris atau lekas marah, impulsif, dan kemurungan lebih rentan memiliki perilaku obsesi.

Orang-orang lebih rentan terhadap pemujaan selebriti yang berlebihan ketika mereka berada dalam fase penyesuaian identitas.

"Pemujaan selebriti, pada intinya, tampaknya mengisi sesuatu dalam kehidupan seseorang," katanya.

"Ini memberi mereka rasa identitas, rasa diri. Ini memberi makan kebutuhan psikologis," katanya menambahkan.***(PikiranRakyat/Mitha Paradilla Rayadi)

Editor: Farra Fadila

Tags

Terkini

Terpopuler