Filosofi Ketupat Menurut Sunan Kalijaga dan Makna Tradisi Ba’da Kupat usai Lebaran Idul Fitri di Pulau Jawa

3 Mei 2022, 09:32 WIB
Filosofi Ketupat Menurut Sunan Kalijaga dan Makna Tradisi Ba’da Kupat usai Lebaran Idul Fitri di Pulau Jawa /Unsplash/Farhan Azam

MEDIA BLITAR - Filosofi Ketupat menurut Sunan Kalijaga menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia khususnya Pulau Jawa usai merayakan hari raya Idul Fitri.

Maka dari itu, tidak asing jika makanan ini merupakan makanan wajib ada di setiap lebaran sehingga menjadi keunikan tersendiri.

Meskipun memiliki persamaan dan sering disandingkan dengan lontong. Namun, Ketupat memiliki makna lebih mendalam karena terdapat sejarah yang mendasarinya.

Baca Juga: Jalankan Puasa Syawal atau Bayar Hutang Puasa Ramadhan? Ini Penjelasan Buya Yahya

Lalu, seperti apa filosofi ketupat menurut Sunan Kalijaga dan makna dibalik perayaan ba’da kupat?

Setelah ditelusuri, ternyata makna dibalik ketupat memang memiliki keterkaitan erat dengan lebaran.

Ketupat pertama diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga ketika menyebarkan islam di bumi nusantara.

Baca Juga: Sinopsis Doctor Strange: Kupas Tuntas Perjalanan Benedict Cumberbatch

Pada zaman dahulu, masyarakat memiliki tradisi menggantung ketupat di tanduk kerbau. Hal tersebut ditujukan sebagai bentuk rasa bersyukur atas hasil panen yang sukses.

Namun, perlahan tradisi tersebut diubah secara simbolis pada abad ke 15 hingga 16 oleh Sunan Kalijaga, salah satu dari 9 wali yang menyebarkan agama islam di Pulau Jawa.

Hal tersebut lantaran masyarakat pada zaman tersebut mayoritas masih memegang tradisi, sehingga Sunan Kalijaga berusaha untuk memadukan antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal.

Baca Juga: Juara 1 2 3 Hafiz Indonesia 2022: Lukman Peserta Asal New Zealand Jadi Pemenang, Nadhif Juara 2, Billy 3

Hal ini bertujuan agar agama Islam dapat diterima oleh masyarakat dengan mudah.Maka dari itu, Sang sunan menjadikan ketupat sebagai simbol permohonan maaf yang bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.

Menurut Indonesia Travel, pemakaian kata ketupat bersamaan dengan pengenalan kata ba’da di Pulau Jawa. Kata tersebut dibagi menjadi dua yakni, ba’da Kupat dan ba’da Lebaran.

Maksud ba’da Lebaran artinya kegiatan Idul Fitri seperti salat yang dilanjutkan dengan tradisi saling berkunjung ke tetangga maupun saudara untuk menjalin silaturahmi.

Baca Juga: Pesona Lukman Juara 1 Hafiz Indonesia 2022, Ini Profil dan Biodatanya

Sementara, ba’da Kupat adalah budaya membuat ketupat dengan membagikannya kepada sanak keluarga maupun tetangga setelah hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada hari kedelapan.

Makna dan Filosofi Ketupat Menurut Sunan Kalijaga

Tidak hanya berhubungan dengan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, ketupat juga mempunyai makna sekaligus filosofi.

Arti kata dari Ketupat yang pertama yakni ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.

Baca Juga: Apa Arti Tagar Tante, hingga Treding Twitter di Hari Raya Idul Fitri 2022? Begini Kata Netizen

Selain itu, Ketupat juga diartikan ‘laku papat’ yang merujuk pada empat sisi ketupat. Salah satu sisi tersebut dikenal bernama lebaran. Nama lain dari Idul Fitri di tanah air.

Sementara, sisi lain yakni, Luberan mempunyai arti rezeki yang banyak dan memberi sedekah kepada yang memerlukan.

Ketiga sisi lain disebut dengan Leburan yang memiliki arti menghapus dosa yang sudah dikerjakan selama satu tahun.

Baca Juga: Profil Biodata Lukman Pemenang Juara 1 Hafiz Indonesia 2022: IG Instagram, Umur, Asal Negara Mana

Sisi keempat dinamakan Laburan mempunyai arti mensucikan diri atau kembali suci seperti bayi yang baru terlahir.

Itulah makna dan filosofi ketupat menurut Sunan Kalijaga yang menjadi sebuah tradisi di Indonesia.***

Editor: Farra Fadila

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler