Pernikahan Menggunakan Upacara Adat yang Ribet? Simak Makna Prosesi Pernikahan Adat Jawa

7 November 2021, 22:25 WIB
Aurel dan Atta dalam balutan adat Jawa / Pernikahan Menggunakan Upacara Adat yang Ribet? Simak Makna Prosesi Pernikahan Adat Jawa Sebelum Meninggalkannya. /Instagram.com

MEDIA BLITAR – Masyarakat Indonesia terdiri dari beranekaragam budaya, hingga pada prosesi pernikahan, setiap daerah memiliki cara yang berbeda-beda dalam pelaksanaannya.

Pernikahan dilaksanakan dengan mengikuti adat dari daerah masing-masing mempelai pria dan wanita.

Tidak terkecuali masyarakat adat Jawa, mereka juga memiliki tahapan-tahapan dalam prosesi pernikahan yang memiliki makna serta diyakini oleh semua masyarakat. Bahkan, apabila ada yang terlewat oleh kedua mempelai, tak jarang masyarakat akan meramalkan kehidupan berkeluarga kedua mempelai dimasa depan.

Baca Juga: Larangan Pernikahan Menurut Primbon Jawa, Jangan Sampai Kesandung Weton Ini Jika Tak Mau Gagal Nikah

Keyakinan ini berjalan turun-temurun sejak nenek moyang masyarakat Jawa, tanpa diketahui siapa yang pertama kali membuat dan mengesahkan prosesi pernikahan ini.

Bukan hanya sebuah urutan kegiatan dalam acara pernikahan, namun ada makna-makna yang tersirat didalamnya.

Kepercayaan akan pantangan, perhitungan serta sebab akibat apabila tidak dilakukan sesuai adat, memunculkan kekhawatiran tersendiri dalam diri keluarga kedua mempelai.

Baca Juga: Larangan Pernikahan Anak Pertama dengan Anak Ketiga, Diselimuti Cek-cok, Seret Rezeki hingga Kematian

Apa sebenarnya makna dari setiap prosesi pernikahan adat jawa?

Pada awal proses adat pernikahan Jawa, ada budaya mbalang suruh, dimana kedua mempelai secara bersamaan melemparkan daun sirih yang digulung kepada calon pasangannya.

Dilansir dari kanal YouTube Lare Angown, KH Anwar Zahid menjelaskan bahwa tradisi pernikahan Mbalang suruh ini bermakna bahwa kedua mempelai ngangsu kaweruh. Artinya, baik mempelai laki-laki maupun perempuan sama-sama mencari tahu sifat-sifat dari calon pendampingnya. Sehingga kedua mempelai dapat saling memahami satu dengan yang lainnya selama menjalani pernikahan bersama.

Baca Juga: Selain Jam Kerja Tidak Teratur, Pernikahan Yang Tidak Bahagia Ternyata Bisa Picu Serangan Jantung

Selanjutnya, ada istilah kembar mayang, yang diwujudkan dalam sebuah karya seni yang terbuat dari janur/ kuncup daun kelapa yang dihiasi dengan buah, gedebog pisang serta bermacam-macam bunga. Karya seni ini dibawa oleh dua orang pemuda dan pemudi yang masih lajang untuk ditukarkan ketika temu manten.

Masih dalam kanal yang sama, KH Anwar Zahid menjelaskan: ‘kembar artinya sama dan mayang artinya berbeda’. Artinya, laki-laki dan perempuan pasangan pengantin ini berbeda satu sama lain, tetapi memiliki satu tujuan dalam berumah tangga.

Prosesi adat pernikahan yang ketiga yaitu ngidak endog nganti pecah. Disini mempelai pria menginjak telur sampai pecah dan mempelai wanita mencucinya dengan air sampai bersih. Prosesi ini bermakna bahwa kehidupan berumah tangga itu bulat selayaknya telur. Penuh dengan permasalahan yang kadang sulit untuk diselesaikan. Lalu tugas laki-laki adalah menyelesaikan masalah dan wanita mendukung dan ikut berpartisipasi dalam penyelesaian masalah.

Baca Juga: Masih Sayang, Pria Ini Menangis Saat Hadiri Pernikahan Mantan

Setiap adat yang diciptakan oleh nenek moyang, memiliki makna masing-masing dan merupakan sebuah do’a yang dipanjatkan oleh orang tua terhadap kedua mempelai.

Kepercayaan atas adat istiadat inilah yang sampai saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat Jawa pada khususnya, untuk mendoakan anak-anak mereka melalui perantara prosesi adat yang dilaksanakan secara urut. ***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Tags

Terkini

Terpopuler