Mengapa Jualan NFT Bisa Membuat Ghozali Everyday Meraup Untung Hingga Milyaran? Ini Alasannya

15 Januari 2022, 17:43 WIB
Mengapa Jualan NFT Bisa Membuat Ghozali Everyday Meraup Untung Hingga Milyaran? Ini Alasannya /opensea.io

MEDIA BLITAR – Belakangan ini, seorang pemuda asal Indonesia yang bernama Sultan Gustaf Al Ghozali dan lebih dikenal dengan julukan Ghozali Everyday sedang menjadi sorotan publik.

Pasalnya, pemuda yang merupakan mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang ini sukses menjual koleksi foto selfienya yang diberi nama Ghozali Everyday sebagai bisnis Non-Fungible Token (NFT) hingga meraup keuntungan mencapai 12 miliar Rupiah.

Baca Juga: Raup Miliaran dari NFT, Ghozali Everyday Ngaku Pertama Kali Bayar Pajak

Bahkan, salah satu aset NFT termahal milik Ghozali Everyday berupa foto selfienya seri #732 telah dibeli oleh seorang kolektor NFT dengan harga mencapai 999 Ethereum atau sekitar 3 juta US Dollar.

Pada bulan Maret 2021, lelang seni digital pertama oleh rumah lelang Christie's bahkan mencapai 69 juta US Dollar yang menjadikannya sebagai NFT paling mahal yang pernah dijual. NFT tak hanya menghasilkan uang untuk penjual, namun juga memiliki nilai yang unik. 

Baca Juga: Euforia Ghozali Everyday yang Raup Penghasilan Fantastis Lewat NFT, Buat Dirjen Pajak RI Silaturahmi

Jadi, apa sih yang menyebabkan jualan NFT bisa membuat Ghozali Everyday meraup untung hingga milyaran?

NFT adalah singkatan dari Non-Fungible Token, artinya sesuatu yang tak bisa ditukarkan alias karya yang memiliki keunikan sendiri.

Aset NFT ini bisa berupa aset digital yang berbentuk karya seni maupun koleksi yang bisa dipergunakan untuk membeli barang secara virtual. Karya seni dan koleksi tersebut bisa berupa foto, gambar, lukisan, game video lagu,rekaman suara dan lain sebagainya.

Baca Juga: Tanggapi Penjualan NFT Ghozali Everyday, Ridwan Kamil: Kuncinya Ada di Marketing

Dengan kata lain, NFT tidak dapat saling dipertukarkan dengan NFT atau aset digital lainnya. Itulah sebabnya aset NFT disebut juga dengan istilah, "non-sepadan" yang menggambarkan bahwa aset ini tidak dapat diduplikasi atau direplikasi. Konsep tersebut berlaku dalam NFT. Token di sini merujuk pada berkas digital yang disimpan dalam blockchain ethereum atau lainnya.

Karena setiap NFT memiliki nilainya sendiri, mereka tidak dapat ditukar satu sama lain seperti mata uang kripto biasa.  Mengingat bahwa NFT tak dapat disalin atau diubah, maka NFT sangat cocok untuk melacak kepemilikan properti yang tidak dapat direplikasi, seperti hak atas properti misalnya.

Baca Juga: Profil Sosok Dibalik Ghozali Everyday Penjual NFT dengan Harga Fantastis

Jadi, yang dibeli dari sebuah NFT sebenarnya bukanlah karya seperti ribuan koleksi foto selfie Ghozali Everyday, melainkan berkas digital yang memuat sertifikat keaslian atau kepemilikan dari karya tersebut.

Kesuksesan pemuda berusia 22 tahun ini tentunya seiring dengan berkembangnya dunia jual-beli NFT dan mata uang kripto. Pasar NFT belakangan ini sedang berkembang pesat.

Sebenarnya, berkas digital apapun bisa saja dijual sebagai NFT. Pasalnya, yang bernilai dari NFT adalah berkas orisinalitasnya. Akan tetapi meskipun sudah dibeli, karya-karya tersebut masih bisa beredar bebas dan diduplikasi oleh pengguna internet lainnya.

Meski begitu, sertifikat keasliannya tentu tak bisa dipalsukan karena catatan pemilik di blockchain tersebut tercatat dalam ledger melalui ribuan komputer. Orisinalitas itulah yang membuat NFT berharga.

Baca Juga: Perbedaan NFT dan Cryptocurrency yang Perlu Diketahui Bagi Pemula, Agar Dapat Diperjualbelikan

Alasan orang rela membayar mahal demi aset NFT juga bermacam-macam. Bagi penikmat karya seni, alasannya adalah sebagai bentuk apresiasi terhadap pemilik karya NFT tersebut.

Foto selfie Ghozali Everyday yang diambil setiap harinya secara konsisten selama lima tahun belakangan ini menjadikan karyanya bernilai meski terlihat remeh, yakni karena konsistensi.

Di lain sisi, aspek ‘tokoh ternama’ juga dapat berpengaruh dalam penjualan aset NFT. Selain itu, banyak pembeli yang berspekulasi bahwa harga aset NFT tersebut akan terus naik sehingga ke depannya ia bisa mendapatkan keuntungan.

Tentunya, trend bisnis yang sedang booming ini rentan membuat bisnis NFT sebatas menjadi gelembung ekonomi, yaitu perdagangan aset dalam volume besar dengan nilai yang lebih tinggi dibanding nilai fundamentalnya.

Baca Juga: Solo Leveling Karya Jang Sung Rak, NFT Pertama Keluaran Kakao Entertainment dengan Harga yang Fantastis

Gelembung ekonomi bisa tiba-tiba pecah ketika barang yang diperdagangkan sudah tidak diminati lagi oleh pembeli. Parahnya lagi, harga aset NFT tersebut akan anjlok secara drastis sehingga pembeli terakhir mendapatkan kerugian.

Blockchain Ethereum sendiri masih memiliki masalah kemacetan. Tak seperti blockchain lainnya, Ethereum masih menangani sejumlah transaksi per detik (TPS) yang terbatas dibandingkan dengan permintaan hariannya yang sangat besar. 

Karena blockchain ini adalah yang paling umum digunakan untuk mencetak NFT, kemacetan tak dapat dihindari hingga mengakibatkan tingginya “biaya akomodasi” dari biaya NFT.

Meski begitu, NFT memang akan tetap ada sampai kapanpun di masa mendatang, karena aset digital ini dibutuhkan di jalur seni dan game.***

Editor: Annisa Aprilya Putri

Tags

Terkini

Terpopuler