MEDIA BLITAR - Kota Ponorogo seringkali dijuluki sebagai Kota Santri karena banyak pondok pesantren bertebaran mulai dari ponpes klasik hingga modern.
Maka dari itu, tidak mengherankan perayaan hari besar Islam seperti malam takbir Idul Fitri maupun Idul Adha 2023 viral dan selalu meriah dalam bentuk pawai.
Pawai Hari Raya Idul Adha 2023 di Ponorogo telah menjadi sorotan masyarakat setempat. Terutama di Jalan JL. Letj Sukowati hingga Taman Patung Sukowati pada Rabu malam, 28 Juni 2023, banyak orang yang berkumpul untuk menyaksikan berbagai jenis arak-arakan yang menarik.
Lebih dari 10 arak-arakan berbeda memadati jalur jalan dalam pawai tersebut. Salah satunya adalah miniatur Al-Quran berukuran besar, dengan lampu tumbler yang cantik berwarna kuning maupun perak yang menghiasinya.
Miniatur ini menjadi salah satu pusat perhatian dalam pawai, melambangkan pentingnya Al-Quran dalam agama Islam.
Selain itu, ada juga beberapa alat tabuh yang umumnya digunakan di masjid-masjid besar, seperti gong tabuh berukuran besar, yang diangkut oleh beberapa santri dalam prosesi pawai. Alat-alat tabuh ini memberikan nuansa keagamaan dan meriah dalam perayaan tersebut.
Bukan Hiburan Semata, Ada Makna Dalam Pawai Malam Takbir Hari Raya Idul Adha
Arak-arakan dalam pawai Hari Raya Idul Adha 2023 - 1444 H di Ponorogo bukan hanya sebagai hiburan semata, tetapi juga memiliki makna mendalam terkait dengan perjuangan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Perayaan Idul Adha sendiri merupakan pengingat akan kisah ketabahan dan pengorbanan Nabi Ibrahim yang siap mengorbankan putranya, Nabi Ismail, atas perintah Allah.
Oleh karena itu, pawai ini menjadi salah satu bentuk penghormatan terhadap peristiwa bersejarah dalam agama Islam tersebut.
Bentuk pemaknaan tersebut diwujudkan dengan miniatur hewan kurban seperti sapi, kerbau maupun kambing. Disamping itu, beberapa santri juga menandu kalimat bertuliskan huruf arab dalam ukuran raksasa.
Pawai merupakan salah satu tradisi yang umum dilakukan dalam perayaan Hari Raya Idul Adha di berbagai daerah di Indonesia.
Pawai ini biasanya diikuti oleh komunitas, siswa, dan santri yang ingin berpartisipasi dalam perayaan tersebut.
Tujuan dari pawai ini adalah untuk memeriahkan suasana perayaan serta menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan nilai-nilai Islam kepada masyarakat.
Dalam pawai Hari Raya Idul Adha di Ponorogo, ratusan siswa, santri, dan komunitas di daerah tersebut turut ambil bagian.
Mereka berkumpul di tempat yang telah ditentukan, seperti masjid atau area terbuka yang luas, untuk memulai pawai tersebut.
Peserta pawai biasanya mengenakan pakaian khas muslim, seperti baju koko, hijab, atau busana Islami lainnya.
Selama pawai, peserta membawa berbagai atribut dan simbol-simbol keagamaan, seperti spanduk dengan tulisan-tulisan Islami, bendera, serta alat musik tradisional, seperti rebana atau bedug.
Mereka berjalan bersama dalam formasi tertentu, menyanyikan takbir, salawat, dan lagu-lagu Islami. Selama perjalanan pawai, peserta juga dapat menampilkan berbagai tarian atau kesenian tradisional yang menggambarkan nilai-nilai keagamaan.
Pawai Hari Raya Idul Adha di Ponorogo bukan hanya sebagai acara hiburan semata, tetapi juga memiliki makna dan tujuan yang lebih dalam.
Melalui pawai ini, peserta ingin mengungkapkan rasa syukur atas anugerah yang diberikan Allah, menghormati peristiwa bersejarah dalam agama Islam, serta menyampaikan pesan keagamaan kepada masyarakat luas.***