Minta Bantuan Orang Pintar, Pihak Keluarga Terus Membantah Kematian Yodi Prabowo Bukan Bunuh Diri

- 28 Juli 2020, 15:19 WIB
Ayahanda Almarhum Yodi Prabowo.* /Dok. RRI/Immanuel Christian
Ayahanda Almarhum Yodi Prabowo.* /Dok. RRI/Immanuel Christian /

MEDIA BLITAR - Kasus kematian Editor Metro TV masih terus bergulir. Pihak keluarga Yodi Prabowo tetap membantah hasil keputusan Polisi, dan meyakini bahwa kematian anaknya bukan karena bunuh diri.

Untuk membantah keputusan Kepolisian, pihak keluarga terus melakukan berbagai cara, yakni dengan menunjukkan barang bukti termasuk dengan menggunakan jasa orang pintar.

Polisi telah menjelaskan secara detail perihal kematian Yodi Prabowo, anaknya. Namun pihak keluarga Yodi masih tetap tidak percaya bahwa sang anak diduga bunuh diri karena depresi.

Baca Juga: Lagi Asik Mesum, Pasangan Muda-Mudi Digrebek Lantaran Lupa Tutup Tirai Hotel dan Jadi Tontonan Warga

Kombes Tubagus Ade Hidayat mengaku pihaknya sudah mengetahui mengenai protes orang tua Yodi sebelum konfrensi pers dilakukan, akan tetapi pihaknya sudah menjelaskan kepada keluarga almarhum.

"Bapak ibunya sudah saya undang, dijelaskan hasil penyelidikan mengarah ke bunuh diri," kata Tubagus kepada wartawan, Ahad (26/7/2020)seperti dikutip oleh MEDIA BLITAR dari Galamedianews.com

Orang tua korban sempat menolak kesimpulan tersebut saat dijelaskan, yang kemudian mereka memberikan sejumlah barang bukti sebagai acuan kepolisian untuk diselidiki.

Baca Juga: Ada Yang Janggal, Ibu Yodi Prabowo Menyebut Tidak Percaya Dugaan Polisi Bahwa Anaknya Bunuh Diri

Namun, Tubagus mengatakan polisi menolak barang bukti yang diberikan orangtua korban lantaran tidak berdasarkan hukum. Alasannya, keduanya memberikan keterangan dari sejumlah guru spiritual atau dukun.

"Informasinya dari orang pinter, saya tidak percaya yang kayak gitu. Kalau dari dukun gimana saya menindaklanjutinya?" katanya.

Baca Juga: Cerita Hidup Vokalis Elkasih, El Ibnu Kena Stroke, Ditinggal Keluarga Hingga Tinggal Di Panti Jompo

Kendati demikian, kepolisian menyampaikan belum menutup penyelidikan kasus tersebut. Pihaknya masih menerima informasi apabila masyarakat memiliki informasi yang mengarah kematian Yodi Prabowo bukan bunuh diri.

"Cuma informasinya harus mendasar, harus logis," katanya.

Artikel ini sebelumnya pernah terbit di Galamedianews.com dengan judul Keluarga Bantah Yodi Prabowo Lakukan Aksi Bunuh Diri, Dukun Pun Bertindak

Polisi merampungkan hasil pemeriksaan tewasnya Yodi Prabowo, video editor Metro TV yang jasadnya ditemukan di pinggir jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR) Ulujami, Jakarta Selatan pada Jumat, 10 Juli 2020.

Baca Juga: Bukan Konspirasi, Doni Monardo Mengatakan Bahwa Virus Covid-19 Sangat Berbahaya

Dari hasil penyelidikan selama dua pekan, polisi berkesimpulan bahwa Yodi diduga kuat tewas karena bunuh diri. Kesimpulan tersebut diungkapkan Tubagus Ade Hidayat, dalam konferensi pers terkait hasil penyelidikan dan penyidikan yang telah dilakukan tim gabungan selama kurang lebih dua pekan.

Sebagai informasi, saat jasad Yodi ditemukan, dia dalam keadaan telungkup dengan bersimbah darah di sekitar tubuhnya. Pisau itu kemudian ditemukan berada di bawah tubuh editor video itu yang telungkup. Diduga kuat, alat tersebut digunakan untuk melukai korban hingga akhirnya meninggal.

Di sisi lain, dari hasil pemeriksan laboratorium forensik, polisi mendapati hanya terdapat sidik jari korban di pisau itu. "Kami berkesimpulan diduga kuat yang bersangkutan ( Yodi Prabowo) bunuh diri," kata Tubagus.

Baca Juga: Kesimpulan Bahwa Editor Metro TV Bunuh Diri, Netizen Masih Tak Percaya, Polisi Beberkan Buktinya

Penyidik belum dapat menyimpulkan secara lugas ihwal motif dari korban melakukan tindakan tersebut. Hanya saja, diduga kuat korban mengalami depresi.

Beberapa bukti pendukung yang didapatkan misalnya, bahwa selama penyidikan polisi menemukan ada transaksi pembayaran yang dilakukan korban di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta untuk pemeriksaan kesehatan dengan dokter ahli penyakit kelamin dan kulit.

Kemudian, setelah melakukan konsultasi dokter, korban melanjutkan pemeriksaan dengan melakukan pengetesan penyakit human immunodeficiency viruses (HIV).

Baca Juga: Dipuji Ganjar Pranowo, Siswa SMP Tak Punya HP, Tetap Semangat ke Sekolah Untuk Belajar Tatap Muka

"Faktanya dia melakukan konsultasi di dokter penyakit kulit dan kelamin. Apakah ini terkait adanya dugaan bunuh diri, sangat terkait. Dengan kemungkinan munculnya depresi," kata dia.

Selanjutnya, berdasarkan keterangan ahli, penyidik meyakini bahwa tindakan bunuh diri akan selalu dimulai dengan bukti permulaan berupa luka percobaan. Dalam hal ini, memang ditemukan empat luka sayatan di bagian dada korban yang tidak terlalu dalam.

"Setiap orang yang bunuh diri dengan senjata tajam selalu ada bukti permulaan luka percobaan, dicoba-coba dulu gitu. Hasil forensik ditemukan 4 luka di dada 2 dangkal enggak sampai 2 cm. Itulah yang dianggap luka percobaan. Saya mendasari berita acara ahli," ungkap Tubagus.

Baca Juga: Obat COVID-19 Temuan Unair Tak Terealisasi, Sejumlah Warga Surabaya Mulai Cemas

Dokter Ahli Forensik RS Polri, Arif Wahyono, yang ikut hadir dalam konferensi pers mengungkapkan, ada empat luka tusukan di dada Yodi.

Setiap tusukan lebih dalam dari tusukan sebelumnya. Tusukan terakhir sedalam 12 cm mengenai bagian bawah paru-paru korban.

"Sebanyak 4 kali, di mana kekerasan di dada bermacam-macam. Ada yang hanya sampai jaringan otot, (tusukan selanjutnya) lebih dalam lagi, kemudian terakhir lebih dalam menembus memotong bagian bawah paru-paru," papar Arif.

Baca Juga: Kesaksian Warga Terkait Kasus Kematian Yodi Prabowo, Mengungkap Siapa Pelaku Pembunuhan

Selain di dada, luka juga ditemukan di leher korban. Menurut Arif, luka di leher memotong bagian tenggorokan korban. "Tapi enggak memotong pembuluh darah utama," kata Arif.

"Yang dua atau tiga di antaranya itu adalah luka dangkal yang tidak sampai 2 cm. Itulah yang dianggap sebagai luka dengan melukai dengan percobaan," lanjut dia.

Berdasarkan pemeriksaan, tidak ditemukan luka lain di tubuh korban. Namun, ditemukan hasil urine bahwa korban positif menggunakan narkoba jenis amfetamina. Polisi menduga hal itu yang membuat korban jadi berani melakukan bunuh diri.

Baca Juga: Pakai Sabu Karena Suntuk dan Sepi Job, Catherine Wilson Rela Belanja Sabu Sampai Rp 3 Juta

Selain bukti-bukti tersebut, polisi juga menggali keterangan sejumlah saksi, yang salah satunya adalah kekasih korban, Suci Fitri Rohmah. Dari pemeriksaan saksi itu ditemukan fakta bahwa Yodi sempat beberapa kali mengisyaratkan keinginan dirinya untuk "pergi".

Yodi sempat mengutarakan hal tersebut usai dikabarkan sempat berkonflik dengan teman dekatnya berinisial L. Polisi pun menegaskan bahwa konflik di antara keduanya pun sudah terselesaikan.

"Dia (Yodi Prabowo) menyampaikan kurang lebih begini 'kalau saya tidak ada, bagaimana'. Pengertian tidak ada menurut tafsiran kami, kalau saya meninggal," jelas Tubagus.

Baca Juga: 30 Nakes Positif COVID-19, IGD RSUD Ngudi Waluyo Blitar Bakal Ditutup Untuk Umum

Meski menduga Yodi tewas karena bunuh diri, polisi tetap membuka diri jika ada informasi dan sebagainya. "Kami membuka diri kalau memang ada informasi dan sebagainya. Tapi fakta yang kami himpun dari pemeriksaan di TKP, olah TKP, keterangan saksi, ahli, dan dokumen-dokumen lain," lanjut dia.***(Dicky Aditya/Galamedianews)

Editor: Ninditoo

Sumber: Galamedia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x