Network
“PRMN sebagai perintis model bisnis ekonomi kolaboratif. Saat ini (model bisnis itu: red) banyak ditiru media-media lain. Pastilah dengan banyak yang meniru model bisnis kami, otomatis mereka akan lebih menyempurkan apa yang telah kami rintis,” ucap Kartono.
Sehingga lika-liku trial and error tentu tak terhindarkan bagi PRMN dalam melangkah sehingga inovasi menjadi salah satu jalan keluar yang diambil PRMN dalam menghadapi situasi tersebut.
Tak hanya muncul pengekor, tetapi PRMN harus bisa menghadapi ekosistem media digital yang cepat berubah.
Selain itu, Kartono turut menyebutkan potensi pendapatan media massa melalui direct selling, terlebih sejumlah media digital bergantung pada programmatic ads.
Baca Juga: Temu KPU, PRMN Siap Jernihkan Informasi Menyongsong Pemilih Muda di Pemilu 2024
Dari lika-liku perjalanan tiga tahun PRMN ini, Kartono mengajak setiap bagian PRMN untuk paham tentang standar profesional jurnalistik, sebagai bentuk marwah media yang merupakan rujukan informasi tepercaya.
“Bukan semeta (membuat) konten. Ruh kami adalah, juga memperhatikan kualitas konten. Jadi, ke depan, rekrutmen, pendidikan, dan pelatihan content creator akan terus dikembangkan,” jelas Kartono.
Sehingga PRMN memiliki PR (pekerjaan rumah) untuk terus mengembangkan dan menekankan aspek jurnalistik pada pelatihan content creator baru, dengan harapan bisa membuat konten produk informasi yang berkualitas.
Dan Kartono mengajak mitra untuk menguatkan kolaborasi hexahelix dengan enam elemen, yaitu pemerintah, masyarakat pebisnis, akademisi, media, dan lembaga keuangan.
