Seni Mengemukakan Pendapat Dibungkam, Gejayan Memanggil Utarakan Lewat Kreatifitas 'Lomba Dibungkam'

27 Agustus 2021, 11:41 WIB
Seni Mengemukakan Pendapat Dibungkam, Gejayan Memanggil Utarakan Lewat Kreatifitas 'Lomba Dibungkam' /Instagram/@gejayanmemanggil

MEDIA BLITAR – Mengemukakan pendapat adalah hak setiap orang. Kemerdekaan mengemukakan pendapat di muka umum adalah kebebasan setiap orang untuk menyampaikan pendapat.

Pengutaraan itu bisa lewat apa saja, berupa pemikirannya atau gagasan. Setiap orang memiliki hak dan kebebasan untuk mengemukakan pendapat di muka umum. Salah satu cara mengutarakan pendapat bisa menggunakan seni, termasuk mural.

Bahkan, hal ini telah dijamin oleh Pancasila, UUD 1945, dan Deklarasi Universal HAM dunia.

Baru-baru ini ramai soal kritik maupun kegelisahan masyarakat yang diutarakan lewat seni, seperti mural, graffiti, stensil, hingga coretan vandal yang dijabarkan lewat medium tembok.

Baca Juga: Alvin Faiz Kepergok Syakir Daulay, Netizen Salfok Gerakan Mata Hingga Diisukan Pakai Narkoba

Namun, tak jarang kritik dan luapan ini membuat beberapa pihak merasa tersinggung atas isi konten yang ditulis atau digambar.

Alhasil, aparat kepolisian atau pemerintah membredel dan menghapus luapan dan isi hati masyarakat. 

Seakan-akan mayarakat tak boleh sedih, tak boleh meluapkan isi hati dan pendapat yang selama ini mereka pendam.

Merasa miris dengan itu, 'Gejayan Memanggil' mengundang seluruh seniman jalanan di seluruh Tanah Air untuk ikut berpartisipasi dalam lomba ‘Lomba Mural Dibungkam’.

Uniknya, apabila karya seni yang telah dibuat berhasil dihapus oleh aparat polisi malah akan mendapat nilai dan hadiah.

Baca Juga: Perut Buncit Mengganggu Penampilan? Simak 5 Gerakan Meratakan Perut Sebelum Tidur

Pengumuman lomba ini telah dibuka di akun Instagram @gejayanmemanggil, Senin 23 Agustus 2021 dan akan berakhir pada akhir Agustus nanti.

LOMBA DIBUNGKAM

Menggambar adalah kebudayaan bagi setiap anak dan kebiasaan orang dewasa (penguasa) menghapusnya!” tulis admin Instagram @gejayanmemanggil dilansir oleh MEDIA BLITAR.

Mural-mural bernada kritis layaknya yang beredar akhir-akhir ini sebenarnya telah ada dan ditemukan sejak zaman Kolonial Belanda di Indonesia puluhan tahun lalu.

Pada saat itu, Mural jadi salah satu senjata ampuh masyarakat yang terjajah dan lemah untuk mendorong semangat kemerdekaan.

Baca Juga: Rahasia Gerakan dan Jurus Jitu Buat Sesi Bercinta Anda Semakin Menggairahkan

Tapi belakangan ini, seni mengungkapkan pendapat ini seakan dibungkam oleh elit politik dan aparat kepolisian.

Salah satu mural yang sempat viral dan dihapus oleh polisi adalah Mural 'Tuhan Aku Lapar'.

Kasus penghapusan ini adalah kasus pembredelan mural pertama yang terjadi di daerah Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.

Kapolsek Tigaraksa Kompol Rudi Supriadi menerangkan bahwa pihaknya memahami pembuatan mural tersebut hanya untuk untuk menyampaikan aspirasi lewat medium seni coretan di tembok.

Rudi Supriadi mengklaim telah mendatangi kediaman pembuat mural dan memberikan bantuan sembako.

Baca Juga: Berikut Ini Tanggapan Gerakan Mute Massal Oleh Valentino Simanjuntak!

“Iya betul. Itu Jumat malam udah kita hapus, petugas dari kita ketika tahu ada mural itu langsung dihapus,” paparnya, Senin 26 Juli 2021.

Menurut admin ‘Gejayan Memanggil’ tujuan lomba ini diadakan demi menghidupkan semangat revolusi dan juga menyikapi tindakan semena-mena pemerintah yang terlalu responsif terhadap coretan-coretan di dinding.

Aksi pemberontakan adalah respon di mana suara-suara rakyat tak lagi didengar. Begitu pun mural, ia adalah representasi dari perasaan rakyat yang tidak diberitakan bahkan mereka hilangkan karena mereka tidak senang melihat rakyat punya kesadaran! Beritakan, tag teman-teman kalian Suarakan, Lawan! #lombadibungkam #muralindonesia #gejayanmemanggil,” tulis admin Gejayan Memanggil.***

Editor: Farra Fadila

Sumber: Instagram @gejayanmemanggil

Tags

Terkini

Terpopuler