Dampak Fenomena Aphelion 6 Juli 2021 di Bumi Khususnya Indonesia

6 Juli 2021, 19:46 WIB
Dampak Fenomena Aphelion 6 Juli 2021 di Bumi Khususnya di Indonesia /Instagram/@rickyprabowo028/

MEDIA BLITAR – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan bahwa fenomenea Aphelion merupakan fenomena astronomi dimana posisi bumi berada pada titik terjauh dengan matahari dan tidak berdampak pada bumi.

“Hal ini disebabkan karena orbit bumi tidaklah sepenuhnya melingkar sempurna, tetapi bentuknya elips yang dimana jarak bumi dan matahari bervariasi sekitar 3 persen sepanjang tahun,” ujar Pengamat Meteorologi dan Geofisika, Ahli BMKG Wilayah IV Makassar, Kaharuddin, Selasa 6 Juli 2021, dikutip MediaBlitar.com dari artikel ANTARA.

Lantas, apa dampaknya fenomena Alphelion bagi bumi? dan benarkah khusus hari ini anda merasakan suhu dingin? Khususnya bagi wilayah Indonesia.

Baca Juga: Dampak Terbesar Fenomena Aphelion 6 Juli 2021, Ketika Bumi Berada di Titik Terjauh dari Matahari

Dilansir MediaBlitar.com dari akun twitter @LAPAN_RI, Aphelion tahun ini terjadi pada 6 Juli, pukul 05.27 WIB atau 06.27 WITA atau 07.27 WIT, pada jarak 152.100.527 km.

Aphelion merupakan fenomena yang dimana posisi bumi berada pada titik terjauh dengan matahari dan hal ini dikarenakan orbit bumi tidak sepenuhnya lingkaran sempurna, melainkan berbentuk elips dengan kelonjongan sekitar 1/60.

Setiap tahunnya bumi berada pada jarak terdekat dengan matahari yang disebut Perihelion dan ini terjadi pada bulan Januari, kemudian bumi juga berada pada jarak terjauh dari matahari yang disebut dengan Aphelion yang terjadi setiap bulan Juli.

Akan tetapi, jika anda merasakan suhu dingin bukan disebabkan Aphelion dan berikut penjelasanya.

Baca Juga: Pagi Ini Terasa Dingin? 6 Juli 2021 Fenomena Aphelion Kembali Terjadi, Simak Selengkapnya

Dilansir MediaBlitar.com dari laman website LAPAN, Menurut Andi Pangerang, suhu dingin yang terjadi belakangan ini tidak disebabkan oleh Aphelion, namun suhu dingin pada pagi hari yang terjadi belakangan ini sampai nanti akhir bulan Agustus merupakan hal biasa yang terjadi musim kemarau.

Sementara itu suhu dingin yang disebabkan, karena tutupan awan yang sedikit sehingga tidak ada panas dari permukaan bumi yang diserap dari cahaya matahari dan dilepaskan pada malam hari yang dipantulkan kembali ke permukaan bumi oleh awan.

Mengingat posisi matahari pada saat ini berada di belahan utara, maka tekanan udara di belahan Utara lebih rendah dibanding belahan Selatan yang mengalami musim dingin.

Baca Juga: Fenomena Panic Buying Produk Susu Steril, Apakah Produknya Bisa Mencegah Covid-19?

Oleh karena itu, angin bertiup dari arah selatan menuju utara dan saat ini angin yang bertiup dari arah Australia memang mengalami musim dingin.

Namun, dampak yang ditimbulkan yaitu efek penurunan suhu, khususnya di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara yang terletak di Selatan Khatulistiwa yang saat ini sedang terjadi.

Lebih lanjut, fenomena Aphelion juga tidak akan mempengaruhi panas yang diterima bumi, karena disebabkan  panas dari matahari disalurkan ke seluruh bumi dengan distribusi yang paling signifikan mempengaruhi disebabkan oleh pola angin.

“mengingat ini angin bertiup dari arah selatan yang musim dingin, maka kita akan merasakan suhu yang lebih dingin,” ucap Andi, dikutip MediaBlitar.com dari laman website LAPAN.

Baca Juga: Ramzi Bicara Fenomena Hilangnya Rasa Malu, Aldi Taher: Cari Uang dengan Nyinyirin Orang Bro?

Dan yang jelas terlihat adalah tampak diameter matahari akan terlihat lebih kecil dari biasanya atau berkurang 1,68 persen dari biasanya.

Diperkirakan LAPAN 4.410 tahun lagi (pada tahun 6430), perihelion akan bertepatan dengan ekuinoks Maret, sedangkan aphelion akan bertebaran dengan ekuinoks September.***

Editor: Farra Fadila

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler