Pemimpin Besar Iran, Ayatollah Khomeini, mereaksi novel tersebut dengan mengeluarkan fatma agar penulis ini dibunuh.
Pemerintan Iran sempat menawarkan imbalan sebanyak 3 juta Dolar AS bagi siapa saja yang bisa membawa kepala Salman Rushdie.
Salah satu hal yang dianggap penghujatan adalah penggambaran karakter dua perempuan penghibur dalam novel tersebut yang dinamai sesuai dengan nama istri-istri Nabi Muhammad SAW.
Meski begitu, novel ini dipuji sejumlah pihak dan sempat memenangkan penghargaan Whitbread.
Namun kecaman terhadap buku ini semakin meningkat dan dua bulan kemudian setelah penerbitan, banyak aksi protes di jalan-jalan.
Baca Juga: Rekomendasi 5 Film tentang Kemerdekaan Indonesia, Cocok Rayakan Momen HUT RI ke-77 Indonesia
Massif nya ancaman terhadap keselamatannya membuat Rushdie harus bersembunyi dibalik pemerintahan Inggris dan menempatkannya di bawah perlindungan polisi selama puluhan tahun.
Selama dua dekade terakhir saat dia hidup dibawah ancaman, Rushdie telah menerbitkan karya-karya lain seperti Shalimar the Clown, The Enchantress of Florence, Two Years Eight Monthsand Twenty-Eight Nights,The Golden House, serta Quichotte.***