Junta Salahkan Asing Atas Krisis Ekonomi di Myanmar, Menteri: Diperburuk Sabotase dan Pembangkangan

- 20 Oktober 2021, 08:07 WIB
Keteteran Hadapi Krisis Ekonomi Junta Vietnam Salahkan Asing, Menteri: Ada Sabotase yang Didukung Asing/Reuters
Keteteran Hadapi Krisis Ekonomi Junta Vietnam Salahkan Asing, Menteri: Ada Sabotase yang Didukung Asing/Reuters /

Pengungkapan nilai mata uang asing tersebut adalah yang pertama di Myanmar sejak adanya kudeta dari Junta dan angka tersebut dinilai sangat kecil dibandingkan dengan   Bank Dunia yang hanya $7,67 miliar pada akhir tahun 2020.

Meski menderita krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, namun Menteri investasi Junta bersikeras menghubungkan anjloknya ekonomi di Myanmar adalah karena kesalahan asing yang mendukung penentangnya.

Baca Juga: Pengen Nyari Muka ke ASEAN dan Dunia Internasional, Myanmar Bebaskan 5.600 Tahanan Politik

“Pandemi telah menimbulkan ancaman serius di Myanmar. Ini telah menyebabkan perlambatan ekonomi yang diperburuk oleh sabotase dan pembangkangan sipil yang telah mempengaruhi stabilitas nasional,” ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Selasa 19 Oktober 2021.

Ketika ditanya soal bukti pernyataannya soal penyebab krisis ekonomi, Junta malah kehabisan kata untuk menjawab.

“Kami telah menerima sejumlah bukti tentang bagaimana mereka mengganggu. Media internasional telah membesar-besarkan krisis. Mudah-mudahan, dalam beberapa bulan, kami akan dapat memulihkan situasi normal kami,” tambanya.

Baca Juga: Gegara Desakan ASEAN Myanmar Harus Rela Bebaskan Ratusan Tahanan Politik

Sejak isu kudeta dan krisis ekonomi, ada enam perusahaan asing mengajukan diri keluar dan tidak berinvestasi lagi serta perusahaan lainnya yang menangguhkan bisnis mereka di Myanmar.

Ternyata enam perusahaan tersebut menurut Aung Naing Oo adalah investor terbesar di Myanmar seperti perusahaan telekomunikasi Norwegia Telenor, yang mengumumkan pada Juli 2021 lalu untuk menjual operasinya di Myanmar ke perusahaan investasi Lebanon M1 Group seharga $105 juta.

Sebagai informasi, anjloknya nilai Kyat telah membuat kenaikan harga makanan dan bahan bakar yang diperkirakan Bank Dunia akan berkontraksi 18% tahun ini dan dianggap merosot paling banyak diantara negara tetangga.

Halaman:

Editor: Farra Fadila

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah