Junta Salahkan Asing Atas Krisis Ekonomi di Myanmar, Menteri: Diperburuk Sabotase dan Pembangkangan

20 Oktober 2021, 08:07 WIB
Keteteran Hadapi Krisis Ekonomi Junta Vietnam Salahkan Asing, Menteri: Ada Sabotase yang Didukung Asing/Reuters /

 

MEDIA BLITAR – Usai kudeta yang terjadi pada bulan Februari lalu, otoritas Myanmar pun kini sedang berusaha keras menghidupkan kembali ekonomi mereka.

Seperti diketahui negara Myanmar saat ini memang sedang dilanda krisis ekonomi yang tinggi hingga turunnya nilai tukar mata uang mereka, Kyat. Oleh karenanya Myanmar berusaha keras menstabilkan nilai mata uang kyat yang anjlok hingga angka 60 persen terhadap dollar AS.

Menanggapi krisis ekonomi yang terjadi, Menteri Investasi dan Hubungan Ekonomi Luar Negeri Myanmar, Aung Naing Oo menyebutkan pada Reuters bahwa penyebab sekaligus menyalahkan bahwa semuanya adalah kesalahan dari asing dan pendukung anti kudeta.

Baca Juga: Mata Uang Myanmar Kyat Anjlok, Junta Lempar Kesalahan ke Asing Tuduh Adanya Sabotase

Menurut informasi yang dilansir dari Frontier Myanmar, nilai mata uang Kyat terkini sempat ada di kisaran 2.700 kyat per dollar AS.

Nilai tersebut adalahmerupakan titik terendah pada bulan September lalu hingga kini akhirnya sedikit menguat di angka 2.200 kyat per dollar AS.

Sedangkan menurut Reuters inflasi di Myanmar saat ini melonjak hingga sebesar 6,51 persen sejak militer mengambil alih kekuasaan dibanding sebelumnya yang hanya di angka 1,5 persen.

Baca Juga: Keteteran Hadapi Krisis Ekonomi Junta Myanmar Salahkan Asing, Menteri: Ada Sabotase yang Didukung Asing

Sementara itu Aung Naing Oo mengungkapkan cadangan devisa dari Myanmar mencapai 11 triliun kyat, atau $6,04 miliar pada tingkat resmi bank sentral.

Pengungkapan nilai mata uang asing tersebut adalah yang pertama di Myanmar sejak adanya kudeta dari Junta dan angka tersebut dinilai sangat kecil dibandingkan dengan   Bank Dunia yang hanya $7,67 miliar pada akhir tahun 2020.

Meski menderita krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19, namun Menteri investasi Junta bersikeras menghubungkan anjloknya ekonomi di Myanmar adalah karena kesalahan asing yang mendukung penentangnya.

Baca Juga: Pengen Nyari Muka ke ASEAN dan Dunia Internasional, Myanmar Bebaskan 5.600 Tahanan Politik

“Pandemi telah menimbulkan ancaman serius di Myanmar. Ini telah menyebabkan perlambatan ekonomi yang diperburuk oleh sabotase dan pembangkangan sipil yang telah mempengaruhi stabilitas nasional,” ujarnya seperti dilansir dari Reuters, Selasa 19 Oktober 2021.

Ketika ditanya soal bukti pernyataannya soal penyebab krisis ekonomi, Junta malah kehabisan kata untuk menjawab.

“Kami telah menerima sejumlah bukti tentang bagaimana mereka mengganggu. Media internasional telah membesar-besarkan krisis. Mudah-mudahan, dalam beberapa bulan, kami akan dapat memulihkan situasi normal kami,” tambanya.

Baca Juga: Gegara Desakan ASEAN Myanmar Harus Rela Bebaskan Ratusan Tahanan Politik

Sejak isu kudeta dan krisis ekonomi, ada enam perusahaan asing mengajukan diri keluar dan tidak berinvestasi lagi serta perusahaan lainnya yang menangguhkan bisnis mereka di Myanmar.

Ternyata enam perusahaan tersebut menurut Aung Naing Oo adalah investor terbesar di Myanmar seperti perusahaan telekomunikasi Norwegia Telenor, yang mengumumkan pada Juli 2021 lalu untuk menjual operasinya di Myanmar ke perusahaan investasi Lebanon M1 Group seharga $105 juta.

Sebagai informasi, anjloknya nilai Kyat telah membuat kenaikan harga makanan dan bahan bakar yang diperkirakan Bank Dunia akan berkontraksi 18% tahun ini dan dianggap merosot paling banyak diantara negara tetangga.

Baca Juga: Indonesia Desak Myanmar Setujui Pengangkatan Utusan ASEAN

Beberapa langkah telah diambil demi membangun kepercayaan pada mata uang Kyat seperti mendorong penggunaan pembayaran online, pinjaman untuk petani dan moratorium utang.

Di sisi lain ternyata rasio pajak terhadap produk domestik bruto turun menjadi 5% menjadi 6%, turun dari 8,4% dan hal tersebut diduga karena penentang kudeta tidak mau membayar pajak kepada Junta.

Kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik mengungkapkan bahwa pasukan Junta telah membunuh ratusan lawan dan puluhan anak-anak sejak merebut kekuasaan dan menahan sebagian besar pemimpin sipil di myanmar.***

Editor: Farra Fadila

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler