Tak mau melihat perpecahan diantara anak-anaknya, Agah memutuskan untuk memberikan perusahaan kepada Nedim.
Sejatinya, perusahaan yang saat ini dijalankan oleh Agah merupakan milik kakaknya, Mumtaz yang merupakan ayah Nedim.
Bagi Agah, tidak masalah jika perusahaan harus diberikan kepada Nedim, karena memang secara resmi adalah milik ayahnya.
Mendengar semua ocehan Agah, Seniz menjadi marah dan memberikan banyak penjelasan tentang pengorbanan yang Agah lakukan selama ini.
“Kamu akan menyerahkan perusahaan kepada anak yang tidak berpendidikan Agah,” ucap Seniz.
“Semua waktu untuk anak dan keluarga, hilang karena kamu fokus ke perusahaan,” lanjutnya.
“Lalu sekarang dengan mudah kamu berikan keringatmu kepada Nedim?” Tanya Seniz.
Mendengar pertanyaan istrinya, Agah menyuruhnya tetap tenang dan tidak perlu mendramatisir keadaan.