Melalui Nyepi, manusia diminta mengevaluasi diri dan merenung tentang apa yang sudah dilakukan untuk diperbaiki di kemudian hari.
Renungan itu dilakukan selama 24 jam atau dikenal dengan catur brata penyepian, yakni amati geni atau tidak menyalakan api, amati karya atau tidak bekerja, amati lelungan atau tidak bepergian, dan amati lelanguan atau tidak bersenang-senang.
Sudiana menjelaskan, secara filosofis, manusia diminta untuk tidak mengobarkan hawa nafsu, jadi Nyepi adalah momen untuk mengendalikan hawa nafsu.
Selain itu, saat Nyepi, manusia dilarang bekerja hingga bepergian, dan diminta beristirahat.
Selain itu, tidak mengumbar hawa nafsu dengan dilarang bersenang-senang juga merupakan makna Nyepi. Dengan demikian, Nyepi adalah upaya untuk melakukan penyucian Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam dan seluruh isinya).
Demikian penjelasan arti dari ‘Rahajeng Rahina Nyepi Semeton Sareng Sami’, ucapan Selamat Hari Raya Nyepi khas Bahasa Bali.***