Alasan Sultan Agung Menciptakan Tahun Jawa Islam Menurut Prapto, alasan mengapa Sultan Agung menciptakan tahun Jawa-Islam, karena ada satu peristiwa sejarah yang membuat dia miris dan sedih.
Ia lantas berpikir secara keseluruhan bahwa ada yang salah dengan kebudayaan Jawa. Banyak yang mengaitkan rasa sedih Sultan Agung dengan kekalahan dalam dua kali penyerbuannya ke Batavia.
Akhirnya, ia menciptakan tahun baru yang menggabungkan antara tahun Saka Hindu dengan tahun Islam, dengan harapan bahwa berubahnya konsep akan membuat semua kesedihan itu hilang. Sultan Agung juga mencanangkan pada malam permulaan tahun baru itu untuk prihatin, tidak berbuat sesuka hati dan tidak boleh berpesta.
Baca Juga: Profil dan Biodata JEJE Slebew: Remaja Citayam Fashion Week, Lengkap Akun Media Sosialnya
Masyarakat harus menyepi, tapa, dan memohon kepada Tuhan. Prapto juga menambahkan, untuk menghormati leluhur dan sebagai bentuk evaluasi, pada malam tersebut juga pusaka-pusaka dicuci, dibersihkan, seiring dengan kehidupan spiritual yang disucikan kembali. Dari sinilah, menurut pengajar Sejarah Jawa UI itu, yang membuat orang Jawa meyakini bahwa malam satu Suro itu menjadi malam yang sangat sakral.
Dan di situ pula, pertemuan antara dunia manusia dengan dunia gaib, karena pusaka-pusaka dicuci, didoakan, diselamatkan kembali. Lebih lanjut ia menjelaskan, karena malam tersebut merupakan "pertemuan" antara dunia manusia dengan dunia gaib, maka malam tersebut akhirnya ditakuti orang-orang.
Bagi sebagian orang, ketakutan itu adalah berupa sanksi-sanksi gaib jika tidak berbuat kebaikan. Sementara bagi sebagian lain justru kehadiran dunia gaib inilah yang ditakuti. Kepercayaan inilah yang kerap diangkat ke layar lebar dengan menghadirkan kisah-kisah menyeramkan.
Tradisi-tradisi itu pun terus berlanjut, dan kesakralan Malam 1 Suro terus diproduksi melalui mitos-mitos, tuturan cerita mulut ke mulut, bahkan tak jarang layar kaca juga menyuburkannya.***